Sedih rasanya mengikuti kelanjutan permusuhan Polri dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang untuk sementara dimenangi polisi. Namun kita harus berhati-hati menggunakan "polisi" karena tidak semua polisi berjiwa "rekening gendut." Dengan demikian permusuhan antara polisi melawan KPK mungkin hanya diwakili oleh para polisi yang senang harta atau yang lebih dikenal dengan para pemilik rekening gendut. Setelah memenangi sidang pra peradilan yang menunjukkan bahwa KPK tidak boleh menjadikan Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka korupsi, polisi menjadikan ketua KPK Abraham Samad sebagai tersangka pada hal sebelumnya dia sudah "direkayasa" mempunyai hubungan tidak senonoh dengan wanita muda yang cantik, lalu anggota KPK Pandu Pradja dilaporkan karena dianggap menyerobot saham orang lain, dll. Persoalannya sekarang sadarkah Presiden Joko Widodo sedang diseret oleh orang-orang tertentu untuk berpihak pada kelompok penggemar korupsi dan berseberangan dengan KPK? Kalau sadar, sebaiknya dia segera melepaskan diri dari "tarikan" tersembunyi itu. Kalau tidak sadar, maka sebaiknya para pembantunya segera memberitahu dia bahwa sikap para polisi dan pejabat lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung ingin melemahkan KPK dapat menjerat Presiden Jokowi ke dalam perangkap atau kubangan korupsi padahal sosok Jokowi mendapat dukungan rakyat karena sikap sederhananya dan komitmennya yang anti korupsi.
KEMBALI KE ARTIKEL