Tentu saja tindakan Pemerintah Brazil itu sebagai langkah blunder karena bisa dianggap tidak profesional karena tidak mengetahui siapa saja calon Dubes yang akan datang. Namun begitu mengetahui ternyata ada calon Dubes Indonesia dan mungkin ingat ada dua warga Brazil yang baru dihukummati di Indonesia, barulah mereka sadar dan langsung meminta calon Dubes Indonesia itu pulang. Kalau staf kepresidenan Brazil sedikit profesional, tentu jauh-jauh hari itu sudah bisa diperhitungkan sehingga calon Dubes Indonesia itu tidak perlu hadir ke istana.
Kekeliruan kedua yang dilakukan Presiden Dilma Roussef dan Menlu Mauro Luiz Iecker Vieira yakni kurang diplomatis atau kurang bisa menghargai tata krama pergaulan internasional. Seandainya mengerti, maka secara diplomatis bisa mencari jalan terbaik agar peristiwa itu tidak sampai terjadi.
Kekeliruan yang ketiga dan mungkin yang paling fatal yakni tindakan Presiden Dilma Roussef dianggap sebagai bentuk kekecewaan masyarakat Brazil terhadap dieksekusinya dua warganya di Jakarta, namun karena tidak disampaikan dengan terus terang, hanya menolak calon Dubes di istana saja dan mengatakan ada perubahn waktu, maka itu dianggap tindakan pengecut. Seharusnya kalau berani, langsung saja bilang tetus terang bahwa calon Dubes Indonesia ditolak karena Pemerintah Brazil kecewa dengan pelaksanaan hukuman mati terhadap warganya yang terlibat secara sah dan meyakinkan melakukan kejahatan narkoba.
Semoga kita juga belajar dari langkah keliru pemerintah Brazil ini agar tidak pernah melakukan hal yang sama terhadap calon Dubes asing ketika suda tiba di istana.