Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Phone Booth: Berani Jujur?

28 Oktober 2010   11:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:01 355 0
Apakah Anda berani untuk jujur menceritakan semua hal buruk (kebohongan, penipuan, perselingkuhan, dll) yang pernah Anda lakukan di hadapan khalayak ramai, bahkan ketika hal itu menjadi pilihan untuk menyelamatkan nyawa banyak orang? Menjatuhkan harga diri serta menanggung malu demi menyelamatkan hidup orang lain?

Stuart Shepard atau lebih akrab dipanggil Stu, diperankan oleh (Collin Farrell), bekerja sebagai publicist (apa ya bahasa Indonesia, tapi seperti agen publisitas gitu). Dalam melakukan pekerjaannya, dia melakukan banyak penipuan dan kebohongan-kebohongan. Stu mengkhianati istrinya, Kelly, dengan berselingkuh dengan Pam (Katie Holmes). Namun tindakan-tindakan Stu rupanya sudah dimata-matai oleh Columbus (Kiefer Sutherland), yang merasa dirinya perlu menghukum orang-orang yang berbuat jahat.

Lewat percakapan di telepon umum, Columbus yang diperlengkapi dengan senjata yang biasanya dipakai oleh sniper, bersembunyi di sebuah kamar hotel dekat kotak telepon itu dan mulai meneror Stu. Columbus memaksa Stu untuk tetap berada di kotak telepon umum tersebut dan memaksanya untuk melakukan semua perintahnya. Aksi ini menjadi perhatian polisi dan masyarakat umum karena Columbus menembak mati seorang germo yang ingin mengeluarkan paksa Stu dari kotak telepon. Sejumlah stasiun televisi pun menyiarkan live kejadian ini.

Akhirnya, diantara kerumunan banyak orang yang ingin menyaksikan langsung kejadian ini, Kelly dan Pam datang karena mendapatkan informasi dari tayangan televisi. Columbus tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk membongkar perselingkuhan Stu di muka umum. Dia memaksa Stu untuk mengaku kepada Kelly bahwa selama ini dia berpura-pura menjadi seorang bujangan agar Pam mau menerimanya. Dia juga menceritakan semua kejahatan yang pernah dia lakukan dalam pekerjaannya, semua kebohongan serta kemunafikannya.

Sembilan puluh lima persen film berjudul “Phone Booth” ini mengambil setting di sebuah jalan tempat sebuah bilik telepon umum berada. Film ini sangat mengandalkan kekuatan emosi para pemeran dalam mengucapkan dialog-dialog panjang, terlebih dialog antara Stu dan Columbus. Collin Farrel cukup mampu menampilkan ekspresi-ekspresi marah, takut, menangis, dan putus asa untuk menggugah emosi penonton. Didukung juga oleh permainan Forest Whitaker yang berperan sebagai polisi yang menangani kasus ini, film ini tergolong sederhana namun sarat makna.

Saya jadi teringat dengan sebuah kampung bernama Kampung Blakan, kampung dimana setiap penghuninya harus berkata jujur satu sama lain. Mereka sering mengadakan pertemuan yang berisikan tanya jawab diantara peserta. Setiap peserta bebas bertanya apa saja kepada peserta lainnya, dan peserta yang ditanya harus menjawab dengan sejujur-jujurnya. Kampung Blakan ini juga mendapatkan perhatian dari masyarakat luar desa, sehinga banyak orang luar yang datang berbondong-bondong untuk ikut berpartisipasi ataupun sekedar menjadi pendegar dalam pertemuan itu.

Dari pertemuan-pertemuan itu, muncul banyak fakta tentang kasus perselingkuhan, korupsi, penipuan, dan lain-lain. Bahkan, ada seorang mantan menteri akhirnya memutuskan untuk mengakui tindakan korupsi yang telah dilakukannya selama dia menjabat, dan sebagai konsekuensinya dia harus berurusan degan pihak kepolisian. Namun sayang, Kampung Blakan bukanlah kampung yang nyata ada di Indonesia, namun hanya sebuah kampung dalam buku Blakanis karya Arswendo Atmowiloto.

Kejujuran. Sebuah sifat yang sudah sangat langka ditemukan di dunia ini. Kejujuran masih menjadi hal yang terlalu sepele untuk ditukarkan dengan harta, kekuasaan, dan kedudukan. Memang sangat susah untuk menjadi orang jujur. Harga diri manusia masih terlalu tinggi untuk bisa bersikap jujur terhadap dirinya sendiri, apalagi kalau harus jujur terhadap orang lain.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun