Kini, pemaknaan istilah itu rupanya telah meluas. Tak lagi bagi mereka yang 'dikenal' nekad beradu jotos ---berkelahi secara fisik hingga mencederai bahkan menghilangkan nyawa orang lain --- sekedar untuk memenuhi kehendak maupun menyelesaikan perselisihan. Prilaku intimidatif itu berkembang untuk menciutkan nyali yang lain sehingga akhirnya mereka cenderung atau terpaksa mengalah, menghindar, bahkan menghambakan diri. Intinya, terjadi pengkondisian yang tak setara dan berimbang. Para preman, seperti biasanya, memaksakan kehendak agar menguasai berbagai keistimewaan.
KEMBALI KE ARTIKEL