Mengenai faktor alam memang tak ada yang dapat disalahkan, tetapi mengenai faktor buatan yaitu manusia itulah hal yang perlu dievaluasi. Kini manusia telah kehilangan kesadarannya hingga mereka melakukan hal-hal yang merugikan banyak pihak di antaranya merugikan lingkungan hidup, contohnya hutan. Hutan adalah habitat dari ribuan spesies makhluk hidup yang saling bergantungan.
Maka itu, aksi manusia membakar hutan untuk memenuhi maksud dari dalam dirinya sendiri memang perlu diadili. Alasan mereka melakukan pembakaran hutan beragam, mulai ingin membuka lahan tanam baru hingga berdirinya gedung-gedung bertingkat. Namun, hal yang disayangkan yaitu betapa mereka tak memikirkan aneka flora dan fauna yang tinggal di dalam hutan tersebut.
Flora dan fauna di dalam hutan akan melarikan diri bahkan akan mati hangus terbakar api yang berkobar karena ulah manusia. Mereka akan kehilangan habitat aslinya dan akibat dari hal tersebut yaitu larinya para satwa ke pemukiman penduduk. Mereka merasa tak lagi memiliki rumah yang dapat mereka tempati sehingga jalan terakhir ialah lari ke pemukiman warga sekitar.
Tak heran bila akhir-akhir ini kasus ditemukannya hewan liar seperti macan dan singa di pemukiman warga sering dikabarkan. Seperti kata pepatah bahwa apa yang kita lakukan akan berbalik ke diri sendiri, maka berbuatlah sesuatu yang baik. Sedangkan faktor alam dari kebakaran hutan yaitu musim kemarau dan adanya sambaran petir saat hujan.
Musim memang tak dapat diprediksi manusia sehingga bila musim kemarau tiba dengan jangka waktu yang sangat panjang, itu wajar. Namun, hal itu memengaruhi keadaan hutan karena hutan yang setiap hari disinari matahari terik dapat menimbulkan percikan api. Hal ini juga serupa bila terjadi petir lalu petir tersebut menyambar suatu bagian hingga timbul percikan api.