"Transformasi BUMN dan pelibatan anak muda kompeten mesti dilaksanakan jika BUMN ingin maju layaknya BUMN Singapura" ucap Najih Prasetyo, Ketum DPP IMM yang senada dengan rekan seperjuangannya setelah setahun yang lalu pada rilis republika.co.id.
Kini sudah setahun dan ternyata tidak ada komentar tindak lanjut atas tanggapan pimpinan organisasi mahasiswa yang memberikan apresiasi terhadap Menteri BUMN, Erick Thohir. Hal tersebut seolah bagaikan melempar batu sembunyi tangan lantaran fakta yang terjadi hingga kini transformasi BUMN di Indonesia masih belum sehat atau kunjung membaik pasalnya transformasi bisnis yang digadang gadangkan Erick Thohir serta ikut diapresiasikan olehnya.
Menteri BUMN, Erick Tohir menyebut, bisnis model menjadi tantangan bagi manajemen korporasi di negara yang sedang krisis kesehatan dan ekonomi. Hal ini justru membawa perusahaan plat merah yang bertanggung jawab membawa arah ekonomi bangsa diambang hidup atau mati lantaran baru 50% atau rata-rata 40% perseroan plat merah yang bisa bersaing dengan perusahaan asing dan swasta sementara itu juga sekitar 60% perusahaan masih bergabung pada penugasan dan berada dalam comfort zone.
"Challenge terbesar hari ini justru bisnis model masing-masing BUMN ini, setelah pasca Covid-19 bisa hidup atau tidak," ujar Erick dikutip dalam laman Instagram @erickthohir, yang dirilis oleh ekbis.sindonews.com pada hari Sabtu, 26 Juni 2021.
"Kita harus berjujur diri, di bawa 50% sudah siap berkompetisi secara terbuka dengan asing dan swasta. 60% itu masih bergantung kepada penugasan ataupun masih dalam situasi comfort zone," sambung mantan bos Inter Milan itu.
Erick Thohir menilai perlu perubahan paradigma dewan direksi dan komisaris karena perusahaan yang dibawa musti bisa membuktikan kontribusinya dalam memberikan dividen sebesar-besarnya kepada negara konteks ini menunjukan bahwa baru adanya 10-12 perusahaan saja yang berkontribusi kepada negara.