Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Masih ingat film Mika yang dimainkan oleh Vino G Bastian dan Velove Vexia? Yah film yang sempat diputar pada April 2013 di IFF Melbourne Australia. Tahukah kamu siapa sosok Indi yang ada di film tersebut? Kita mengenalnya dengan nama Indi Sugar Babbit. Nama aslinya Indi Taufik. Dia lahir di Bandung, 8 Juni 1986. Dia merupakan seorang penulis dari dua novel best seller "Waktu Aku sama Mika" dan "Karena Cinta itu Sempurna", sebuah novel charity berjudul "Guruku Berbulu dan Berekor" dan buku edukatif berjudul "Conversation for Preschooler". Selain buku-buku di atas, Indi juga penyayang anak-anak dan binatang. Tak heran jika dia juga mendapat beberapa penghargaan salah satunya masuk dalam daftar derektori Insan Muda Kreatif Indonesia versi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2012. Apa yang membuat Indi berbeda dengan perempuan lainnya? Indi lahir normal seperti bayi pada umumnya. Sayang di usia 9 tahun, dia mulai menunjukkan gejala Scoliosis atau pembengkokan tulang belakang. Pada usia 13 tahun, dokter memvonis scoliosis dengan kelengkungan 35 derajat dan mengharuskan memakai penyangga tubuh (back brace) selama 23 jam sehari. Indi yang ceria, murah senyum berubah jadi pendiam dan pasif. Bisakah kalian membayangkan betapa tidak mudahnya menjadi sosok Indi kecil dengan kekurangan yang dialaminya? Adalah Mika, seorang pemuda 22 tahun yang dikenal oleh Indi 15 tahun membawa perubahan besar dalam hidupnya. Baginya sosok Mika itu sebagai penyemangat dan selalu membuatnya tersenyum tanpa melihat kekurangannya. Sayang, seperti yang diungkapkan Indi, Mika ke surga. Mika meninggal karena AIDS. Tahun-tahun berlalu, sosok Mika masih membekas sebagai penyemangat hidup untuk Indi. Dia melepas brace di usia 18 tahun dan menggantinya dengan terapi rutin karena tulangnya sudah berhenti tumbuh. "Mika itu malaikat, tapi dia pelupa. Sekarang Mika lagi ambil sayapnya... Di surga..." Tahun 2009, 13 kata kutipan di atas membawa perubahan besar lagi untuk Indi. Ceritanya dengan Mika dalam buku harian ditawar untuk diterbitkan. Sampai saat ini novel Waktu Aku sama Mika telah tercetak ulang lebih dari sepuluh kali. Selain itu, film adaptasi novel tersebut berjudul MIKA juga digemari banyak orang. Setiap orang yang berhasil menerbitkan buku dan difilmkan tentu saja bangga bisa mencapai prestasi tersebut. Tapi bagi Indi, kebanggaannya bukan hanya itu tapi lebih. Tak mudah bagi seorang perempuan membiarkan kisah cintanya dibaca dan diketahui khalayak ramai. Tapi Indi ingin berbagi informasi tentang skoliosis yang dideritanya. Kekurangan yang kini justru membawa keajaiban besar dalam hidupnya. Selain itu, Indi juga ingin menyampaikan bahwa AIDS itu penyakitnya yang dijauhi bukan orangnya. Sampai hari ini, selain dalam dunia menulis, Indi juga aktif menjadi pembicara, narasumber, perancang busana, dan menjadi guru untuk anak-anak pra-sekolah. Indi juga beberapa kali diwawancarai di TV, radio, tabloid dan juga talk show di beberapa daerah. Kiranya pantas saja jika dia mendapat penghargaan seperti, Anak muda paling berpengaruh di Indonesia versi adalahkita.com, Masuk ke dalam daftar derektori Insan Muda Kreatif Indonesia versi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Finalis Kartini Next Generation 2015. Setiap manusia diberi kekurangan dan kelebihan untuk melengkapinya. Indi telah membuktikan dengan kekurangannya justru memberikan banyak inspirasi bagi banyak orang. Dengan kekurangannya dia masih bisa banyak berkarya. Ketika kita melihat masalah dari sudut yang sederhana, pintu kemudahan akan terbuka. Jangan lupa doa dan dukungan dari orangtua dan orang terdekat juga. Bio: Indi, seorang scolioser, left handed, fashion's lover, pet's lover, vegetarian dan pemilik dari "Toko Kecil Indi". E-mail namaku_indikecil@yahoo.com dan twitter @missbabbitt
KEMBALI KE ARTIKEL