Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Puisi

12 Juni 2012   07:05 Diperbarui: 4 Januari 2022   17:41 54 1

Jalan Api


Tuntas sudah tugasnya di sekolah.

Dengan membawa gelar, ia genapkan perjuangan cita


Namun, musim ini angin bertiup ke barat.

Pertanda harihari bukan miliknya.


Ia tak berniat lagi menjadi ambtenar seperti niatnya tempo lalu

Karena jabatan itu, berarti ia harus culas, curang!


Tapi, melangkah ke lain sisi, baginya juga mustahil.

Itu sama saja dengan bunuh diri.

Karena, di hadapannya terentang jalan api.






Halaman Terakhir


Ia memulainya dengan sampul merah muda

Mengisi jalan hidupnya dengan biru langit

Kemudian menuliskan dengan latar berwarna-warni

Diorama yang berwujud seperti entah...


Ia, lantas mengakhirinya dengan halaman putih kembali,

Seperti sebelum ia gunakan merah muda





Mata sang Penghancur


Mata hitamnya menatap lurus.

Membuatku mengerang… 

luruh.


Kilauan itu memaksa jiwaku jatuh, tersungkur.


Ia hendak membenamku dalam maung nanah… dan perasaan tak berharga.


Tapi, maaf! 

Aku bukan pecundang seperti dirinya.






Membunuh Bayang


Aku tak lagi membuat bayang

Telah kuputuskan untuk membuangnya

Meninggalkannya jauh di masa lalu

..

Aku berjalan lebih ringan di siang hari, tanpa bayangan itu

Malamku pun terang, tanpa bayang.

Ya, aku meninggalkannya.

..

Bayanganku

Ketakutanku

Telah kulenyapkan semua. Karena aku lah sumber bayangan itu

..

Sekarang… hidupku tanpa bayangan.

Ia telah kubunuh, kubenam dan kumusnahkan.

Hingga aku lebih leluasa seperti matahari

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun