Siang itu, mushalla kecil yang biasanya sepi terletak antara rumah saya dan sekolah itu berubah gaduh. Dua kelompok siswa-siswi kelas III itu berlarian saling dorong berlomba adu kecepatan menciptakan puisi berantai. Ya, masing-masing kelompok yang terdiri dari 15 orang itu saya ajak menciptakan puisi dengan cara satu orang-satu kalimat puitis. Mereka berbaris dua banjar dan masing-masing anggota kelompok dengan teratur bergiliran menuangkan fikirannya tentang kalimat puitis yang mereka ciptakan.