Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Dijajah Kemudian Menjajah? Refleksi untuk Semua Bangsa

18 April 2014   00:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:32 605 0
Kalau mendengar kata Belanda, di benak orang Indonesia seringkali terngiang "dasar penjajah". Bahkan di preambul UUD 1945 tertulis penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Pertanggungjawaban Belanda pun diminta atas berbagai kejahatan kemanusiaan yang telah dilakukan, seperti pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan.

Tapi ujung-ujungnya Indonesia sendiri juga akhirnya merampas hak bangsa lain untuk menentukan nasib sendiri dan melakukan kejahatan manusia bahkan terhadap penduduknya sendiri. Kita bisa lihat, Indonesia menyerbu Timor Leste dan dalam pendudukan (kalau tidak bisa dikatakan penjajahan) selama puluhan tahun membunuh hingga sepertiga rakyat Timor Leste. Begitu hak menentukan nasib mereka ditegakkan, milisi-milisi Indonesia melancarkan kerusuhan dan menghancurkan infrastruktur Timor Leste, mengingatkan kita pada Belanda yang melancarkan "aksi polisionil" (yang kita sebut Agresi Militer). Hak menentukan nasib sendiri Papua sampai hari ini masih diabaikan; PEPERA dicurigai sarat dengan kecurangan dan todongan senjata. Bahkan saat ini terdapat indikasi kuat bahwa sedang terjadi genosida di Papua ( http://www.law.yale.edu/documents/pdf/Intellectual_Life/West_Papua_final_report.pdf ). Tidak hanya itu, bangsanya sendiri saja juga dibunuhi, seperti ratusan ribu hingga jutaan orang yang dibantai pada tahun 1965-1966, dan sampai sekarang pelaku-pelaku yang terlibat dalam kejahatan-kejahatan kemanusiaan ini masih lenggang kangkung dan bahkan mau dijadikan pahlawan atau calon presiden.

Tidak hanya bangsa Indonesia, bangsa lain yang "dijajah" pun juga ketika memiliki kekuatan akan "menjajah". Begitu suku Maori mendapatkan senjata dari Britania, mereka menggunakannya untuk menyerang suku-suku Maori lainnya untuk merampas tanah dan harta mereka (https://en.wikipedia.org/wiki/Musket_Wars ). Lebih parah lagi, mereka menggunakan senapan itu untuk menyerang bangsa Moriori di Kepulauan Chatham dan melancarkan genosida dan kanibalisme di situ ( https://en.wikipedia.org/wiki/Moriori_people )

Sejarah juga mencatat banyak sekali bangsa yang sebelumnya dijajah, kemudian balik menjajah. Spanyol setelah dijajah bangsa Moor menjajah benua Amerika dan Filipina. Belanda setelah dijajah Spanyol menjajah berbagai wilayah di dunia. Irak setelah dijajah Inggris mencoba menjajah Kuwait. Dan masih banyak lagi.

Saat ini banyak isu-isu tentang neokolonialisme dan ketakutan akan negara adidaya yang dapat melakukan penjajahan lagi. Padahal sudah sepatutnya kita berefleksi: bila Indonesia menjadi adidaya, apakah ada jaminan bahwa Indonesia tidak akan melakukan hal yang sama? Apakah ada jaminan Indonesia tidak akan melakukan campur tangan di negara lain dan mencoba menguasai perekonomian mereka? Apakah ada jaminan Indonesia tidak akan menggunakan militernya untuk merebut wilayah negara lain atau melakukan "intervensi" demi menekankan sphere of influence? Nyatanya, Indonesia sudah pernah melanggar deklarasinya sendiri dalam UUD 1945: penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, tetapi yang dilakukan di Timor Leste dan Papua serupa dengan penjajahan. Hal ini karena pada dasarnya bangsa-bangsa yang punya kekuatan cenderung menyalahgunakannya untuk kepentingannya sendiri.

Maka dari itu sudah sepatutnya yang namanya nasionalisme dan apalagi chauvinisme itu dimusnahkan dari muka bumi ini karena hanya menjadi pemecah belah saja. Secara alamiah, moralitas manusia bersifat "in group", alias hanya bermoral pada orang pada kelompoknya saja, sehingga kita bisa melihat dalam sejarah banyak bangsa yang dengan mudahnya membantai bangsa lain layaknya simpanse yang menyerang kelompok lain. Maka sudah waktunya kita mentransendensi tempurung "in group" ini dan memperluas definisi in group kita menjadi seluruh umat manusia. Ingat, manusia tinggal di Bumi yang hanya berupa setitik debu bila dibandingkan dengan luasnya Tata Surya (apalagi alam semesta). Setelah menyadari hal ini, sudah sepatutnya kita, daripada saling membunuh untuk mengambil sebagian dari debu yang tak abadi, bersatu dan bekerja sama untuk memajukan peradaban dan menjamin kesejahteraan seluruh umat manusia, dengan sistem penjaminan hak asasi manusia yang efektif. Saya percaya, hal ini bisa dilakukan perlahan-lahan melalui integrasi ekonomi seperti di Uni Eropa. Bayangkan, negara-negara Eropa yang dulunya saling bermusuhan dan berperang dengan sangat hebatnya itu kini tergabung dalam satu blok ekonomi dan politik bersama. Wajar saja jika Uni Eropa memperoleh Hadiah Nobel Perdamaian karena setelah Perang Dunia II integrasi ekonomi dan perdagangan internasional telah membuat negara-negara tersebut saling bergantung, sehingga mengurangi inisiatif untuk melancarkan perang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun