Aku yang sedari dulu mencintai fajar. Yang teramat kagum akan nuansa kesejukan. Hasil kabut dan embun yang senantiasa bercengkrama. Lalu berlabuh pada dedaunan yang menerima apa adanya. Aku mencintai semburat garis horizontal. Elok biru lebamkan pagiku. Lalu muncul cawan kemerahan dari cangkir cakrawala. Mengantar mimpi dengan keraguan seiring dengan mentari, bersama penuh ridho Ilahi. Ini mengapa aku dalam perihal mencinta fajar.
KEMBALI KE ARTIKEL