Bryan Siawarta, terlahir di tengah keluarga yang mengasihi Tuhan dan aktif melayani di gereja. Meskipun begitu Brian menganggap bahwa agama hanyalah aturan tanpa makna. Setiap Minggu, dia hanya pergi ke gereja sebagai rutinitas, tanpa benar-benar memahami maknanya. Ketika Bryan memasuki masa SMP, SMA, dan kuliah, ia semakin jauh dari iman dan gereja. Bahkan, ia hanya pergi ke gereja sekali sebulan, dan itu pun hanya sebagai caranya "membayar" dosa-dosanya kepada Tuhan, tanpa menunjukkan kerinduan yang sesungguhnya kepada Tuhan.Â
KEMBALI KE ARTIKEL