Baru-baru ini, dua kasus bunuh diri yang terjadi di dua perguruan tinggi swasta di Surabaya menjadi sorotan publik. Kedua korban adalah mahasiswa dan mahasiswi yang dikenal berprestasi dan tidak memiliki masalah dengan studi mereka. Meski demikian, keduanya melakukan tindakan bunuh diri dengan mekanisme yang sama, yakni meloncat dari gedung kampus masing-masing. Sang mahasiswi dari lantai 22 dan sang mahasiswa dari lantai 12. Kejadian ini mengundang pertanyaan mendalam: apakah bunuh diri semata-mata merupakan problematika individu, ataukah ada kaitannya dengan kondisi masyarakat yang lebih luas? Apakah tindakan ini sekadar disebabkan oleh depresi, ataukah masalahnya jauh lebih kompleks? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bisa memanfaatkan dua konsep sosiologis yang terkenal, yaitu verstehen dari Max Weber dan tipologi bunuh diri dari Émile Durkheim.
KEMBALI KE ARTIKEL