Siapa yang tidak kenal Rabindranath Tagore (1861-1941)? Dialah peraih hadiah Nobel pertama dari Asia, seorang pemikir dan tokoh pendidikan yang lahir dari sebuah keluarga terkemuka di Calcutta. Pemikirannya mengenai pendidikan masih tetap relevan dan menginspirasi siapa saja yang mau menjadi pendidik, bahkan sampai hari ini. Dalam sebuah buku berjudul
Personality (London, Macmillan & Co: 1917), Rabindranath Tagore menulis, “Kita terlahir ke dalam dunia bukan sekadar untuk mengetahui dunia, tetapi untuk menerimanya. Mungkin saja kita menjadi pribadi dengan kekuasaan tak-terbatas berkat pengetahuan, tetapi pengetahuan yang penuh hanya bisa diperoleh melalui simpati. Pendidikan yang luhur dilaksanakan tidak semata-mata demi memberikan kepada kita sejumlah informasi tetapi menjadikan hidup kita menjadi harmonis dengan seluruh isi dunia. Sayangnya yang kita hadapi adalah kenyataan bahwa pendidikan empati tidak hanya sedang diremehkan secara sistematis di sekolah-sekolah, tetapi juga direpresi secara mengerikan. Sejak usia anak-anak, kebiasaan kita dibentuk dan pengetahuan kita ditanamkan sebegitu rupa sehingga kehidupan kita dibebaskan dari alam dan dari pikiran kita tetapi dengan cara di mana dunia diposisikan dalam perlawanan. Kebesaran dari pendidikan yang untuknya kita dipersiapkan justru dilupakan, dan kita dibentuk untuk menjadi orang yang kehilangan dunia kita demi mencapai segudang informasi. Kita merampok anak-anak dari dunianya karena mendidik mereka dengan geografi, atau merampok anak-anak dari bahasa mereka karena mengajarkan mereka tata bahasa. Anak-anak lapar akan kisah kepahlawanan, tetapi kita justru menjejali mereka dengan tanggal dan tahun” (hlm. 116-117).
KEMBALI KE ARTIKEL