Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Polisi Cantik, Polisi Ganteng, dan Kita

24 Februari 2012   01:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:15 2408 0

Di Kompas Forum pun heboh mendiskusikan hal yang sama. Meskipun demikian, topik yang dibicarakan tidak hanya Bripda Saeful Bahri, tetapi juga fenomena polwan-polwan cantik Indonesia yang wajahnya sudah tidak asing bagi pemirsa salah satu stasiun televisi tanah air. Para polwan cantik itu siapa lagi kalau bukan Briptu Eka Frestya, Astri dan Avvy Olivia.

Kasus polisi-polisi cantik Polandia sebenarnya menarik untuk disorot. Pertama, hanya setelah keruntuhan komunislah para perempuan gencar memperjuangkan hak-haknya berhadapan dengan dominasi laki-laki. Masih menurut catatan The Guardian, meskipun sekarang belum tercapai kesetaraan gender dalam hal penghasilan, perjuangan kaum perempuan menunjukkan kemajuan sangat penting. Gap pekerja antara laki-laki dan perempuan masih berkisar di angka 15 persen dari total pekerja, di mana perempuan masih dibayar lebih rendah 25 – 35 persen dibandingkan dengan laki-laki. Ini berlaku bagi semua sektor pekerjaan, jadi tidak hanya polisi.

Kedua, para perempuan Polandia diakui sangat pintar dan cekatan. Mereka tipe perempuan pejuang, pekerja keras, tidak mudah menyerah, dan sanggup mengambil risiko. Karakteristik semacam ini tentu tidak berlebihan. Sebuah website mengenai perempuan Polandia mencatat, bahwa lebih dari 60 persen perempuan di negara yang mayoritas Katolik tersebut melakukan double profession (kerja lebih dari satu). Umumnya mereka bekerja di bidang pelayanan kesehatan (menjadi perawat), menjadi guru, dan dosen. Menariknya, seluruh penghasilan yang mereka peroleh itu ditujukan pertama-tama demi kebahagiaan suami dan anak-anak, dan bukan untuk kesenangan dirinya. Para perempuan Polandia termasuk tipe sangat taat suami, dengan catatan kepercayaan mereka akan sirna dan sulit dikembalikan jika sang suami ketahuan berkhianat (baca: http://www.polishmarriage.org/polishwomen.html). Fenomena polisi cantik di Polandia harus dibaca dalam konteks profesi (kerja), profesionalitas, perjuangan mereka mencapai kesetaraan gender, dan pasar tenaga kerja yang semakin banyak terbuka bagi mereka.

Saya tidak ingin mengatakan bahwa fenomena polisi cantik atau ganteng di Indonesia seharusnya ditempatkan dalam konteks profesionalisme atau sumbangan mereka bagi kemajuan bangsa. Hanya saja, saya agak terganggu (dalam arti positif) dengan salah satu komentar yang saya baca di Forum Kompas (Kompas.com), di mana seorang pembaca memberi komentar begini: “Semoga pekerjaan mereka pun secantik dan seganteng diri mereka.” Saya kira ini komentar yang fair. Kita sering terlalu terbuai dengan imagi, citra, penampilan, atau aspek-aspek lahiriah yang diangkat media massa. Memang ini budaya populer, di mana keseriusan menyimak objek dan mengambil jarak agak sulit tercipta ketika ruang publik didominasi oleh tulisan dan reportase dengan kontrol objektivitas yang rendah. Bagi saya, komentar teman di Forum Kompas ini memberi harapan, bahwa sikap kritis dan mengambil jarak terhadap berbagai imagi di ruang publik itu mutlak perlu dan seharusnya menjadi semacam filter bagi setiap individu.

Di atas semuanya itu, polisi cantik, polisi ganteng, harus lebih ganteng dan cantik orang Indonesia, ketika kita sama-sama sudah sanggup memerangi korupsi, premanisme, dan konflik sosial di tanah air tercinta ini. Kesuksesan memerangi hal-hal ini akan memosisikan kita sebagai orang yang paling ceriah, suka tersenyum, ramah, murah hati, dan berempati dengan orang lain. Itulah karakteristik kecantikan batin yang jauh lebih cantik melebihi penampilan ayu dan macho para perempuan dan laki. Salam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun