Rentetan bom kembali meneror kehidupan normal kita persis ketika sebagian kita mulai perlahan melupakan aksi bom bunuh diri yang merenggut ratus korban tak berdosa sepuluh tahun terakhir. Pola serangan yang berubah—dari aksi bom bunuh diri masif yang menarget massa tak-berdosa kepada pribadi atau figur—sepertinya “merepotkan” analisis pengamat. Apakah perubahan ini sebuah strategi involutif ke arah pencanggihan pola gerakan dan masifikasi efek teror? Apakah perubahan ini pertanda keberhasilan ekstensifikasi “tanggung jawab” meneror dan membunuh yang semula ada di pundak seorang “suicide bomber” terlatih kepada semua anggota jaringan selaku peneror dan pembom tanpa harus menjadi pelaku bom bunuh diri?