Malam yang amat lusuh bagiku, seharian aku berlari dalam kemelut yang tak jua memecahkan petang di kedua bola mataku, aku terus saja memikirkannya, seorang pemuda yang malang, ia mungkin saat ini tengah di terpa gelombang badai dalam pikirnya, karena awan hitam pekat yang kini menghantamnya, pemuda yang aku cintai sejak dua tahun lalu, beberapa orang beranggapan jika cinta ini hanyalah cinta monyet, namun entah mengapa aku seperti tak bisa hidup tanpanya, kini aku baru berumur 18 tahun dan dia, mas Zian, dia adalah pacarku sejak kelas 3 SMA, mungkin banyak yang kaget saat beberapa temanku mengetahui hubunganku dengan mas Zian