Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Membenci Nasib...

13 Juni 2010   05:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:34 170 0
Ku parut ubi ini...hingga halus, membentuknya menjadi bola-bola, mengisinya dengan oncom dan menggorengnya hingga kuning tak lupa kutambahkan garam agar gurih. Sebenarnya tak perlu ijasah sampai dengan S1, untuk membuat Comro ini menjadi menawan, tapi itulah kenyataannya... aku Nasib Subekti, kelahiran Jombang, bergelar Sarjana Strata 1 FISIP, Universitas Negeri, IPK-3.55 dan penjual Comro terlaris di Pasar Minggu, Jakarta. Gambar pinjem sama mbah google Aku telah lupa dengan gelar dan ijasah sampai dengan pertemuan ku dengan Lila, aktivis kampus yang idealis, hidup dengan dunianya, dunia yang penuh warna warni dan hiruk pikuk politik, dunia yang tak nyata bagiku. Kini Lila membawaku teringat kembali akan dunia kampus ku. "Yo opo kabare rek, kapan ketemuan?"tanya Lila di wall face book-ku Telah lewat lima hari pesan itu kulihat, kubiarkan tapi seolah-olah pesan itu memanggilku dengan daya hipnotisnya. Ah, Lila andainya pesan ini kujawab kau akan tau kalau aku, Nasib adalah sang penjual Comro. Apakah kau masih akan berteman denganku? dan masih sehangat saat masih dikampus dulu...? "De, aku mampir ke kostmu yo, biasa njaluk kopi...kalo ada sih sekalian sama mie goreng, hehe...maklum De tanggal tua, seret..."pintaku. Aku selalu memanggil Lila dengan panggilan De... (kodew-bahasa malangnya berarti wedok, perempuan) "Beresss, nanti dateng aja ke kost jam 4, aku masih ada kuliah sekarang. Ajak Bambang sekalian biar rame..." Jawab Lila. Siapppp...laksanakan ndoro putri!! candaku ke Lila Sebenarnya bukan hanya kopi tujuanku ke kost Lila, tapi lebih memuaskan hasratku untuk memandang Lila, sang pujaan hati tapi apa daya bagai pungguk merindukan anggur, Lila memandangku hanya sebagai seorang teman. Teman yang membutuhkan secangkir kopi dan semangkuk mie di hari-hari yang sulit, saat uang kiriman habis sebelum tiba tanggal 1 setiap bulannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun