Masalah dana pula yang menyebabkan si ibu tidak pernah memeriksakan kandungannya ke Poskedes, sehingga kehamilannya hingga akhirnya mau melahirkan tidak diketahui oleh bidan desa, padahal bidan mengatakan bahwa untuk warga miskin, pemeriksaan kehamilan tidak dikenakan biaya.
Kami pun memahami jika keluarga tersebut tidak memiliki biaya untuk jasa bidan yang nilainya mencapai 1 juta rupiah. Suami si ibu bekerja serabutan, saat ini hanya mengandalkan sepetak kebun sayur di halaman belakang rumah, jika musim hujan datang halaman belakang rumah tidak dapat digunakan untuk bercocok taman karena terendam luapan air Sungai Barito. Dengan 3 anak yang masih kecil-kecil (anak pertama kelas 5 SD, anak kedua kelas 3 SD dan anak ketiga masih duduk dibangku TK) tentu sulit untuk menyisihkan biaya persalinan.
Akhirnya, saya dan rekan berinisiatif untuk memanggil bidan dengan persetujuan suami si ibu yang mau melahirkan, bagi kami nyawa ibu dan bayi lebih penting ketimbang biaya jasa bidan.
Bidan pun datang, si ibu langsung diperiksa, kondisinya baik dan jalan lahir baru masuk pembukaan 5. sungguh melegakan. Bidan membantu si ibu agar dapat mengejan dengan benar.
Namun masalah lain muncul. Hari sudah mulai gelap, PLN belum masuk desa, keluarga tersebut tidak memakai genset (lagi-lagi karna keterbatasan dana), hanya ada lampu minyak untuk penerangan remang-remang. untungnya, mesin genset desa bekas pelatihan komputer belum kami kembalikan, kami putuskan untuk menggunakan genset desa untuk menerangi rumah si ibu, bermodal 2 liter bensin rumah tersebut lumayan terang untuk membantu proses melahirkan yang diperkirakan sampai malam.
Sayang, kami tidak dapat menemani proses melahirkan sampai bayi keluar. Doa kami panjatkan semoga proses persalinannya berjalan lancar, ibu dan bayinya selamat.
Tepat pukul 21.00 WIB saya mendapat SMS dari ibu Bidan bahwa si ibu sudah melahirkan bayi laki-laki dengan berat 3 Kg.
Esok harinya saya datang untuk melihat keadaan ibu dan bayi tersebut. bayi terlihat lincah. Si ibu mengucapkan terima kasih atas bantuan kami. Sebelum pamit saya bisikkan doa di telinga bayi agar sehat dan cerdas hingga kelak dapat membantu orangtuanya keluar dari lubang kemiskinan.
*tidak lupa saya menyarankan untuk ber-KB karena kelahiran ini merupakan yang ke-4 kalinya (mungkin dampak dari PLN belum masuk desa ).
*ingin rasanya berteriak di depan muka para koruptor dan para pejabat yang menimbun dan memamerkan harta kekayaan "HEI, DIMANA HATI NURANI KALIAN!!!