Malam jatuh. Hitam menyelimuti hamparan angkasa. Kepak kelelawar terdengar di atas pohon talok yang menaungi kamar pondokkanku. Angin menyibak kain gorden menyingkap paha-paha mulus jendela. Kelam. Semakin hitam ketika titik air mulai merasuki telingaku melalui suara seng yang menyeruak simponi monoton. Kusimak deru angin bercampur hujan, seperti mantra-mantra liar yang sengaja ditebarkan oleh dukun-dukun yang kehilangan pekerjaannya. Sesekali blizt di cakrawala turut mewarnai lukisan malam ini, menerobos ventilasi hingga sekilas menyilaukan mataku.
KEMBALI KE ARTIKEL