Mohon tunggu...
KOMENTAR
Otomotif Pilihan

Pandangan Saya terhadap Seorang Laki-laki Bernama Ignatius Jonan!

20 Januari 2014   16:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39 69 0
Sebagai pengguna sekaligus pencinta kereta api rel listrik (KRL) sejak 1994, tak ada satupun perubahan wajah perkeretaapian (khususnya kereta listrik) yang luput dari perhatian dan keingintahuan Saya.  Apa saja tentang kereta api, selalu membuat Saya (bahasa gaulnya) 'kepo'. Sejak kecil (bahkan sejak lahir) hingga saat ini, begitu akrab dengan kereta api, kebetulan rumah tidak jauh dari Stasiun Cilebut (Kabupaten Bogor).

Dan perubahan itu akhir-akhir ini benar-benar bikin terbelalak dan 'cengo' (mulut yg menganga keheranan). Sesuatu yg dahulu Saya kira nyaris tidak mungkin. Sebuah perusahaan besar dengan puluan ribu pegawai yang tersebar di Jawa dan Sumatera yang semuanya 'dipupuk' dengan rasa ketenangan diri tanpa saingan, sehingga bisa bekerja semaunya, pelanggan adalah, entah siapa...siapa saja yang mau naik kereta syukur, yang tidak mau ya tidak apa-apa. Nyaris mereka bekerja tanpa perangsang apapun kalau boleh dikatakan sekedar gugur kewajiban. Itu pengamatan Saya dulu, dulu sekali. Betapa tidak, ketika Saya menyampaikan unek-unek dan keluhan 'khas' seorang pelanggan, maka yg akan menangani seorang berwajah jutek,bersikap masam dan jauh dari bersahabat. Bahkan tidak jarang Saya 'diusir' untuk segera meninggalkan tempat ketika keluhan Saya sampaikan di kantornya. Sekali lagi, itu dulu...dan yang berbuat tidak sepantasnya sebagai seorang pelayan masyarakat itu Saya namakan 'oknum'. Toh..di saat inipun masih banyak orang-orang 'dulu' yang kini makin baik prilakunya. Atas sebab apa? Apakah sesuatu bisa berubah tanpa tindakan apapun? Agama saja jelas menerangkan... Sesungguhnya Allah  tak akan mengubah suatu kaum, kecuali mereka sendiri yang mengubahnya.. Jadi tak ada yang serba instan, bim salabim...jebret...jebret...jadi bagus. Jelas tak ada. Semua berdasarkan kerja keras dan tentu ada 'lokomotif' penariknya...

Adalah seorang laki-laki (coba perempuan...*eh kok jadi sentimen gender yaa...) yg 'diutus' Tuhan untuk memperbaiki citra diri (bukan pencitraan) tentang arti penting sebuah pelayanan di tubuh PT Kereta Api. Laki-laki inilah peletak dasar-dasar perbaikan sistem di perusahaan pelat merah yg rapornya tak lagi merah ini. Banyak yang layak dicatat sepanjang kepemimpinan Beliau. Awal-awal banyak yang meragukan, tapi sebaiknya yang pernah meragukannya segeralah beristighfar...bukan apa-apa, bersu'udzon itu akan menjauhkan kita dari rasa syukur.

Ignatius Jonan, saking namanya begitu terkenal bak seorang selebritas, maka tak ada yg tak mengenalnya dan identik dengannya ketika dua kata disebut : kereta api. Tak ada seorang CEO BUMN yang namanya begitu identik,lengket dengan bidang usaha yang dipimpinnya seperti halnya nama Jonan (begitu beliau biasa disapa) dan kereta api. Begitu banyak orang-orang menyukainya pun sebanyak orang-orang yang membencinya. Mengapa Jonan disuka? dan mengapa Jonan dibenci? tentu masing-masing dapat memberikan jawabannya. Sebagai penumpang, tentu boleh-boleh saja menyukai atau membenci (lho, dikasih yang enak2 kok malah benci...iya, abis enaknya bukan dari dulu...hehe...)

Saya tentu tak bisa membahas masalah benci-membenci di sini, kalau tidak punya rasa itu bagaimana bisa menjelaskan alasannya.

Sungguh, Saya amat kagum dan menaruh hormat terhadap org yg satu ini...(walau kadang gemes juga ketika ada kebijakannya yang tidak menguntungkan buat penumpang, misal : tidak berlakunya tiket ka jarak jauh sebagai tiket terusan KRL, kan enak tha...kalau turun dari ka jarak jauh tinggal naik commuter 'gretongan'...aah dasar penumpang, maunya yg gratis ajah...)

Mengapa Saya kagum? karena dia manusia biasa. Dengan postur yang tidak terlalu 'perkasa' seperti tokoh-tokoh jagoan di film (superman,ironman,hercules dll) tapi dia bisa menjadi seorang tokoh jagoan dalam dunia nyata. Dan senyumnya tulus...pantas, ketulusannya pun diikuti oleh semua bawahannya..tentu dengan tulus juga mengikuti atasannya, bukan terpaksa. Ada teman yang menegur, 'jangan mengkultuskan orang, gak baik...seolah2 yg lain jadi gak berbuat apa2' lho...bukan begitu, Saya tidak mengkultuskan...Saya hanya kagum. Bisa ya mengubah prilaku buruk sebagian dari bangsa ini...taruhlah, sekian ribu pegawai kereta api dan sekian ratus ribu penumpang kan sudah nol koma sekian persen dari total rakyat Indonesia yang berubah  untuk menjadi tertib!

Stasiun yang bersih, nyaman dan benar-benar menjadi 'milik' penumpang, tiadanya penumpang di atap, pengganjal pintu, penumpang gratisan, awak ka yang mengambil 'saweran' dg cara memuat penumpang di kabin masinis,calo dan hal-hal lain yang menunjukan prilaku tidak tertib dan melawan hukum,ini untuk KRL. Untuk ka jarak jauh juga tak kalah gebrakannya, pemberlakuan sistim boarding,pemberlakuan sistim online untuk pemesanan tiket,ka dan stasiun yang bebas asongan (apa enaknya jam 2 pagi disodorin jajanan sama pedagang setengah memaksa di dalam ka?) Belum lagi petugas yang jutek dan tidak bersahabat seperti yang  Saya ceritakan di awal tulisan ini, para pejabat yang tidak mau mengenal konsumennya...padahal mereka pembuat produknya. Konsumen hanya diarahkan untuk membeli,puas gak puas ya terserah dech...Penyakit-penyakit ini di masyarakat  telah turun-temurun, berurat berakar yang nunggu berapa tahun lagi ada orang yang sanggup memberantasnya? nunggu kiamat? Alhamdulillah...jauh sebelum kiamat , Jonan telah keburu datang.

Capaian ini memang bukanlah atas kerja keras Jonan semata, tapi sebagai seorang pimpinan beliau amat bisa mengarahkan bawahannya untuk bisa menyeragamkan diri dalam sikap, yaitu sikap tertib dan melayani. Tentunya karena ada contoh, bukan sekedar perintah. Jonan pun amat paham, konsumen Indonesia mana mau disuruh tertib doang tanpa dilayani...? semua maunya dianggap orang penting,dianggap istimewa,maka mudahlah diajak tertib.

Seperti wawancara beliau dengan SCTV beberapa waktu lalu.. dua kata untuk Indonesia adalah..Indonesia tertib!

Mari, kitapun mulai saat ini belajar untuk menjadi tertib...dan layanan perkeretaapian makin lebih baik dan lebih baik lagi.

Salam,

Jeng Mules

Penumpang KRL

Cilebut-Sudirman

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun