untuk: umum & netters
yah anggap saja ini sebagai sekuel dari tulisan sebelumnya (Kaldera Merapi 2011 - relationship between volcano-type and explosivity). sengaja saia beri judul yang terkesan metafora semata-mata hanya ingin sedikit lebih "soft" saja. di waktu luang minggu ini sengaja saia sempatkan untuk menulis kegunungapian lagi (mungkin lagi kangen naik gunung juga).
kalau tidak salah awal desember 2011 (tiga bulan lalu) saia sudah memberikan informasi (via status fb) untuk temen2 pendaki yang masih penasaran dengan morfologi puncak merapi (kaldera baru pasca letusan 2010) agar segera untuk melakukan pendakian. hal tersebut didasari bahwa deep chamber magma merapi sudah terisi penuh (per desember 2011) dan tentunya tidak butuh waktu lama bagi magma merapi yang terkenal sangat hiperaktif ini untuk naik mencapai magma tube (chamber2 dangkalnya) dan tentunya jika hal itu terjadi maka pendakian menuju puncak merapi sudah tidak aman lagi.
saat itu saia yakin bahwa morfologi puncak merapi akan segera berubah dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. pertengahan desember 2011, BPPTK yogya merilis hasil pengukuran pada semua instrumen seismiknya dalam sebuah laporan rutin bulanan dan terlihat kuantitas kegempaan merapi (Va) sudah mulai bergerak naik. meski saat itu masih hitungan jari saja per hari, tetapi fakta bahwa deep chamber merapi (sekitar 15km) sudah terisi penuh tidak terbantahkan.
awal tahun 2012, asap solfatara di puncak merapi sudah mulai terlihat pekat. meskipun hal ini bisa jadi multitafsir antara aktivitas sub surface atau freatic explotion pada endapan material piroklastiknya, bagi saia indikasi ini sudah masuk dalam perhitungan perkembangan vulkanik merapi menuju siklus pendeknya. dalam database saia asap solfatara merapi tertinggi mencapai 130 meter secara vertikal teramati dari sisi selatan. kejadian ini sebagai hubungan sebab akibat naiknya kegempaan merapi beberapa hari sebelumnya. kabar baiknya hasil pengukuran digital untuk deformasi masih negatif dan keempat reflektor tidak mengalami koreksi jarak dari titik pengamat (PPGA).
sejak seminggu yang lalu aktivitas merapi mulai bergerak cukup tinggi. asap solfatara terukur hingga ketinggian 500-600 meter dari sisi selatan. instrumen seismik pun mengkonfirmasi data visual ini dengan catatan gempa vulkanik dangkal sebanyak 19 kali. meskipun nilai kenaikan kegempaan ini masih dalam range yang aman, tetapi perkembangan merapi semakin hari semakin dekat ke zona siklus pendeknya. tapi untunglah instrumen digital pengukur deformasi juga masih negatif dan tidak terjadi penggembungan tubuh merapi saat ini.
bagaimana merapi kedepan?
pertanyaan ini adalah pertanyaan umum yang paling sering ditanyakan. sebenarnya mudah saja menjawabnya. "Wallahualam bi shawab" maka selesai sudah masalahnya. tapi tentunya akan ada yang merasa tidak puas dengan jawaban2 seperti itu meskipun sebenarnya itulah jawaban paling aman. menyikapi pertanyaan seperti diatas dan bagaimana jawabannya dari sisi kegunungapian, maka tentulah akan ada beberapa sudut pandang. meramal bagaimana sebuah gunungapi tumbuh berkembang tidaklah mudah, tetapi saat ini hal itu sudah bisa dilakukan dengan pendekatan histori dan instrumen2 pengukur kegempaan baik konvensional maupun digital.
pada pengamatan langsung (pendakian) yang saia lakukan september 2011 lalu di puncak merapi (sisi kaldera timur laut) saia yakin sekali bahwa bukaan kubah lava sisi selatan sudah tidak stabil. asumsi saia adalah kubah lava bentukan 84/85 adalah benteng terakhir pondasi penyusun bentukan kaldera merapi saat ini. sayang waktu itu saia tiba di puncak merapi setelah jam enam pagi, padahal jika saia bisa mencapainya satu jam sebelumnya mungkin saia bisa mengkonfirmasi ada tidaknya titik api diam di dasar kaldera merapi sebagai salah satu mitigasi paling penting untuk mengetahui di titik mana nantinya akan muncul kubah lava baru. tapi dari informasi terakhir data visual salah satu PPGA merapi saat ini sudah terlihat adanya titik api diam di atas sana.
meski demikian, bagi saia pola letusan merapi kedepan sebenarnya masih misteri karena pemodelan tumbuh berkembangnya kubah lava dan hancur dalam erupsi siklus lima tahunan belum tentu akan terjadi dalam siklus pendek lima tahunannya (2014-2015 nanti). dalam catatan saia, komposisi gas pada letusan 2010 lalu merupakan anomali merapi sehingga tidak saja berhasil menaikkan magma ke permukaan, tetapi berhasil pula melontarkannya hampir semua material & kubah2 lava terdahulu sampai ke ketinggian 5000-7000 meter (pada letusan utama tengah malam 4 november 2010). fakta ini jelas membuktikan bahwa viskositas magma merapi sudah jauh lebih kental dari sebelumnya (saia kira yang paling kental dalam 500 tahun terakhir).
itulah sebabnya meskipun komposisi SiO2 pada saat letusan utama ada pada kisara 57-58% tetapi letusan yang terjadi cukup besar untuk ukuran merapi. meskipun juga pasti ada pendapat teknis lain dari skenario letusan merapi 2010 lalu ini, tetapi saia kira sebagian besar penggiat kegunungapian sepakat bahwa telah terjadi perubahan komposisi gas & viskositas magma merapi saat itu. hitungan kasar saia untuk sebaran material letusan lalu itu adalah sekitar 0,9 - 1,4 km kubik & itu cukup banyak untuk ukuran merapi ini. itulah sebabnya indeks letusan merapi dikategorikan sebagai VEI: 4.
dalam pandangan pribadi saia, minimal ada tiga skenario pada letusan merapi dalam siklus pendeknya (lima tahunan). skenario pertama adalah tumbuhnya kubah lava baru di dasar kaldera dalam satu atau dua tahun kedepan. dengan kecepatan deformasi merapi yang cukup cepat maka tinggi kubah lava tersebut kemungkinan bisa mencapai 30 - 60 meter dalam tiga tahun kedepan. lalu terjadi sumbat lava di kepundannya dan meletus secara lokal di dalam kaldera. skenario pertama ini adalah yang paling moderat dari letusan siklus pendek merapi.
skenario kedua yang mungkin terjadi adalah longsornya kubah lava sisi selatan merapi sebagai kompensasi gravitasi setelah deformasi terjadi (ini jenis letusan tradisional merapi). masalahnya adalah apakah gradualitas deformasi ini terjadi secara konstan atau ekstrem saia tidak bisa meramalkannya. mungkin deformasi ekstrem seperti letusan 2010 yang mencapai 50-70cm per hari tidak akan terjadi mengingat morfologi puncak merapi saat ini tidak lagi mendukung deformasi tubuh gunungapi secara penuh. artinya deformasi yang akan terjadi pun kemungkinan hanya bersifat parsial pada rekahan2 di kubah2 lava yang paling labil. jika skenario kedua ini yang terjadi, maka tentunya akan menjadi bencana bagi ekosistem dan manusia di lereng selatan & barat daya merapi karena dua sisi ini adalah jalur utama runtuhan material pirokalstik pada letusan 2010 lalu. tingkat kerusakannya bisa cukup masif jika ini terjadi, tetapi itu sangat tergantung dari bagaimana pola letusannya nanti.
releasing energi dalam proses letusan akan sangat mempengaruhi tingkat kerusakan (fatality) ekosistem dan penduduk di lereng merapi. letusan yang terjadi secara gradual tentunya akan mengurangi tingkat kerusakan dan bahkan bisa menjadi daya tarik wisatawan yang senang akan pemandangan fenomena2 letusan gunungapi. tetapi jika letusan yang terjadi adalah jenis letusan tunggal (eksplosif) maka kemungkinannya adalah longsornya kubah lava sisi selatan/barat daya dalam satu event yang tentunya akan menjadikan tingkat kerusakan menjadi tinggi dan wilayah yang rusak pastilah lebih luas. namun demikian, bagi sebagian orang justru letusan2 seperti ini malah menjadi manfaat karena pasca letusan biasanya material piroklastik (pasir & batuan vulkanik) hasil letusan yang terkenal memiliki nilai ekonomi yang tinggi akan melimpah & tentunya meningkatkan pula ekonomi masyarakat di lereng2 merapi yang berdekatan dengan sungai2 yang menjadi jalur letusan.
fakta ini (dua sisi akibat bencana sebuah letusan gunungapi) saia kira bukti bahwa Tuhan Maha Adil bagi mahluknya. bagi saia Tuhan selalu menciptakan sebuah bencana sudah lengkap dengan manfaat yang akan diterima setelahnya. dan hal ini tentunya menambah keyakinan bagi saia bahwa dengan mempelajari gunungapi maka otomatis akan menambah keimanan, dan eksistensi Tuhan Yang Masa Esa tidak terbantahkan.
lalu bagaimana untuk skenario terakhir?
untuk skenario ketiga ini saia kira merapi tidak jadi meletus dan melewatkan siklus pendek lima tahunannya. bagaimana bisa? jika kita refer beberapa kejadian siklus2 letusan gunungapi yang tertunda seperti kelud, papandayan dan ijen, maka hal itu bisa pula terjadi di merapi. mekanismenya adalah sumbat lava yang mengeras di kepundan gunungnya dan batuan ekstrusif yang sudah terkompaksi dengan baik. seperti dua sisi mata uang, siklus letusan yang tertunda tentunya memliki kelebihan dan kekurangan pada masa waktu tertentu. dalam jangka pendek, siklus letusan yang tertunda tentunya akan menguntungkan sisi pertanian penduduk, pemanfaatan mata air dan pembangunan jangka pendek di lereng2 gunungapi. tetapi dalam jangka panjang tentunya akan menjadi sebuah ancaman yang lebih berbahaya.
memang siklus pendek merapi baru akan tiba beberapa tahun lagi, tetapi tanda2 ke arah itu sudah bisa kita ikuti dari sekarang & akan terus dipantau sebagai bagian dari mitigasi gunungapi. untunglah pada masa sekarang hampir semua letusan2 gunungapi sudah bisa dideteksi dengan cukup akurat dengan perkembangan teknologi. dan dengan dibantu kesadaran masyarakat yang tinggi, maka saia kira kedepan korban2 yang timbul akibat dari letusan primer gunungapi bisa diminimalisir lagi. karena kita hidup berdampingan bersama gunungapi maka sudah sepantasnya kita belajar, memahami dan ikut mengedukasi masyarakat. karena bagaimanapun merapi terlihat diam tapi tidak pernah sekalipun dia ingkar janji. dan janji merapi selalu ditepati.
salam.