Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Menulis dengan Hati

16 Mei 2011   14:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:35 137 0
Menulis Dengan Hati, itu judul makalah dari Bapak Saratri Wilonoyudho di Pelatihan Menulis Ilmiah Populer yang saya ikuti tadi Senin 16 Mei 2011. Bapak Saratri tampil di sesi kedua usai istirahat siang. Beliau tampil dengan menarik dan beberapa kritik dan celetukannya membuat kami 135 peserta pelatihan tertawa.

Saratri Wilonoyudho dosen Unnes menempuh S1 di jurusan Geodesi UGM dalam waktu hanya 4,5 tahun. S2 di UGM selama 2 tahun dan sedang menjalani program doktoral, selama satu tahun menempuh doktoral telah menyelesaikan disertasi namun ujiannya masih tertunda hingga satu tahun. Menurut beliau kelancarannya  menulis skripsi, tesis mau pun disertasi karena terbiasa menulis.

Menulis menjadi hal yang mudah jika terbisa membaca dan berpikir. Bukankah firman Allah yang pertama adalah Iqro! Yang artinya bacalah, bacalah dengan nama Tuhanmu. Selain membaca di Al Quran selalu disebut bagi kaum yang berpikir artinya sesudah membaca kita disuruh untuk berpikir. Allah meninggikan derajat orang yang berilmu. Membaca tekstual dan kontekstual. Konteks buku atau bacaan dan kontekstual situasi. Orang yang suka membaca dan berpikir tidak akan kehabisan ide untuk menulis. Guru yang suka membaca dan menulis akan mudah menemukan ide untuk Penelitian Tindakan Kelas.

Bapak Saratri  banyak menulis di Suara Merdeka, Jawa Pos dan koran lain. Artikel beliau bahkan telah mencapai 1000 artikel yang dimuat di surat kabar. Karena itu beliau mengusulkan kepada MURI untuk dimasukkan  sebagai rekor bukan wartawan telah berhasil menulis 1000 artikel yang dimuat di surat kabar, namun sudah setahun belum ditanggapi oleh pihak MURI.

Pak Saratri seorang yang rapi mengarsipkan atau mendokumentasikan karyanya. Sebuah tulisan yang dimuat di surat kabar, koran akan dibeli 3. Satu disimpan dalam bentuk asli surat kabar, yang dua digunting, dilaminating dan dikliping. Dilaminating supaya jika kebanjiran tidka basah, mengingat rumah beliau di Semarang yang kadang banjir. Klipingnya masing-masing berisi 100 tulisan dan telah mencapai 9 kliping artinya sudah ada 900 tulisan yang dikliping. Satu kliping disimpan di Klaten di rumah orang tua beliau, jaga-jaga jika kliping yang satu rusak atau hilang karena banjir.  Bahkan Pak Saratri bercerita bahwa kuitansi kelahiran beliau di tahun 1963 pun masih tersimpan rapi, demikian pula surat cinta dari pacar pertamanya.

Pak Saratri menyampaikan materi dengan santai dan penuh kritik yang dibalut canda. Walau bicara beliau sempat berhenti karena raungan suara motor dari anak-anak SMA dan SMK yang merayakan kelulusan dengan berpawai,  suara motor mereka  memekakkan telinga.

Kiat menembus surat kabar tulisan kita singkat, padat, tuntas. Masalah yang ditulis aktual atau sedang ramai dibicarakan. Tulisan 3-4 halaman kuarto, huruf times new roman 12, spasi ganda.

Jika tulisan belum dimuat jangan putus asa, teruslah menulis karena tulisan kita yang tidak dimuat pun merupakan tabungan ide, jika ada peristiwa yang sama bisa ditulis ulang dan dikirim lagi. Paling tidak menulis telah membuat isi hati kita tercurah atau terekspresikan.

Menulis bagi Pak Saratri juga merupakan ibadah, membuat kita jadi populer atau terkenal dan dapat honor pula. Sudah senang tulisan dimuat, bangga dibaca banyak orang, senang pula dapat honor yang lumayan. Senangnya dobel.

Mari kita membaca, berpikir dan menulis. Menulis dengan hati sehingga lancar ibarat menulis di buku harian tak ada kendala tulisan mengalir bak air terjun.....

Teriring salam dan terima kasih untuk Bapak Saratri Wilonoyudho.

Banjarnegara, Senin 16 Mei 2011

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun