3 Desember 2010 06:26Diperbarui: 26 Juni 2015 11:048971
"Inilah kelas yang memeras keringat dari pagi sampai malam; kelas yang diberi gaji hanya cukup untuk mengisi perutnya; kelas yang tinggal di gubuk seperti kambing di kandang; yang setiap saat bisa dipukul atau dimaki-maki dengan godverdomme; kelas yang setiap saat harus melepaskan isteri atau anak perempuan kalau ada seorang kulit putih yang menyukainya.... Inilah kelas orang Indonesia yang dikenal sebagai kuli kontrak. Kuli-kuli perkebunan biasanya harus bangun pukul 4 pagi, karena tempat pekerjaan mereka jauh letaknya. Baru pukul 7 atau 8 malam boleh pulang. Bayarannya menurut kontrak berjumlah empat puluh sen setiap hari. Makanannya biasanya tidak cukup untuk melakukan pekerjaan yang berat selama 8 sampai 12 jam setiap hari di bawah terik panas matahari. Pakaian mereka cepat menjadi compang-camping karena sering bekerja di hutan.Karena kekurangan dalam segala-galanya, timbullah di dalam diri mereka suatu nafsu yang tidak terkendalikan untuk mencari nasib baik dengan bermain judi; suatu nafsu yang dengan sengaja dikobarkan oleh perusahaan setelah dilakukan pembayaran. Mereka yang kalah-dan biasayanya lebih banyak orang yang kalah daripada yang menang-boleh pinjam uang dari perusahaan. Karena utang ini, maka sembilan puluh persen dari kuli-kuli itu setelah habisnya kontrak terpaksa memperbaharui kontraknya kembali. Utang itu menimbulkan nafsu untuk berjudi dan perjudian itu memperbesar utang, dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya."
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.