Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Badai Perlahan Tapi Pasti Berlalu

29 Juni 2013   22:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:14 155 0
Aku bingung mau memulai darimana, tapi biarlah kucoba untuk bercerita walau masih bingung sebenarnya apakah yang akan aku tulis ini.  Perjalanan hidup tidak selamanya indah, tidak sesuai dengan yang diharapkan, tapi aku tahu semua itu adalah pelajaran hidup dari Yang memberi kehidupan.

Dan semua aku ambil hikmah, makin berserah diri kepada Tuhan ketika segala badai datang menerpa. Badai rumah tangga, siapa menyangka, siapa menduga, biasanya aku yang menjadi curhatan pilu dari beberapa sahabat, kini aku yang mengalaminya sendiri.

Semua seakan terbalik, berubah, aneh, asing, dan betapa terpukulnya aku, belahan jiwa yang selalu perhatian seakan sirna entah kemana. Seakan tuli dengan semua nasehat sahabat, seakan buta dengan lingkungan sekitarnya, seakan menghalalkan segala cara untuk sesuatu kesalahan dan pembenaran diri. Astagfirulloh ya Allah.......

Ya, Allah aku sangat sakit hati, dendam dengan perempuan pengganggu yang juga sudah seperti tidak sadarkan diri, baginya "siapa kamu?, yang penting aku happy karena suamimu juga happy bersamaku" dan semakin tenggelam dalam misi "aku tak peduli dia adalah laki-laki berkeluarga, aku akan mendapatkannya".

Ya Allah semakin seperti orang yang tidak bekeyakinan kuat aku saat itu, aku tidak terima, karena perhatian belahan jiwaku sudah tersayat, karena aku tidak sanggup untuk bercerita kepada siapapun, semua aku pendam sendiri dan aku masih marah dengan Allahku Rabbi....akhirnya ketika segala kekuatanku dan kesehatanku mulai runtuh dan aku mulai limbung dengan berat hati aku bercurhat pada family dekat, aku disadarkan untuk selalu berpasrah kepada Sang Pemberi Kehidupan. Aku seakan ditampar, untuk tidak menyerah memohon doa kepada Sang Pemberi Kehidupan.

Tidak mau berdusta juga, aku pun meminta bantuan psikiater dan psikolog untuk sekedar instropeksi diri, karena aku juga tidak mau menyalahkan semua kepada suami. Aku semakin kuat dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun. Semua berkat bantuan orang-orang tercintaku, anak-anakku. Dan tidak putus asa membangun komunikasi terus dengan suami walau awalnya sangat kaku seperti berhadapan dengan orang asing, dan walau saya benar-benar tahu mereka salah aku juga manusia, yang tidak luput dari salah, untuk itu aku berbesar hati memaafkan suami, walau dengan TEGAS, aku menentang perbuatan mereka, karena mereka tidak tau apa yang mereka lakukan, sebagai pribadi yang beriman.

Sekarang aku mulai menata hidup bersama suami, anak-anak, family yang selalu menyayangi kami, mencoba terus berikhtiar, bersyukur kepada Allah. Sekarang aku malah kasian terhadap perempuan itu, dan mendoakannya supaya dia disadarkan dan tidak pernah lagi mengganggu pria-pria lainnya. Mungkin hatinya tertutup karena tidak bisa merasakan betapa hancurnya sebuah keluarga dibuatnya, semoga Allah membukakan hatinya, dia berhak marah dan menyalahkan pria-pria yang akhirnya kembali kepada keluarganya. Semoga dia sadar dan mendapatkan pria terbaiknya, yang tentunya berstatus free alias lajang alias tak berkeluarga. Semoga ya Allah, mohon kabulkan doa hamba..

Aku sekali lagi meyakini kekuatan doa, kekuatan Sang Pemberi Kehidupan. Ya Allah karena aku yakin badai itu perlahan tapi pasti akan berlalu

***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun