Atas nama pembangunan dan kemajuan pada saat ini , seringkali harus dengan menghancurkan pembangunan dan kemajuan pada masa lampau. Begitu pula
yang terjadi pada Masjid
Agung Tuban yang dulunya bernama Masjid Jami’ ini Bila dulu masjid ini tampak begitu megah pada jamannya dengan bentuk bangunannya yang khas dan artistik, namun saat ini sosok itu berubah total dan nyaris tak meninggalkan jejak bentuk
Bangunan nya. Pemugaran dan pembangunan kembali masjid Agung Tuban memang kemudian menghasilkan bangunan baru yang tampak lebih megah dan indah.
Warga Tuban dan banyak pengunjung masjid merasa sangat terkesan dengan
Keindahan dan
Kemegahan bangunannya. Namun sayang,kemegahan dan keindahan itu didapatkan dengan harus menghancurkan keindahan bangunan masjid sebelumnya yang disertai dengan pembongkaran dan pemindahan banyak makam
Warga Setempat yang berada di bagian belakang masjid yang beberapa diantaranya adalah
Makam -makam
Kuno. Singkat
kata, kaidah dalam menjaga
Situs dan cagar budaya terasa tak berlaku di kompleks masjid ini. Masjid Agung berada di pusat kota
Tuban,
Jawa Timur Tepatnya di sebelah barat
Alun-alun Tuban dan berdekatan dengan lokasi
Wisata Religi makam
Sunan Bonang. Pemugaran secara total Masjid Agung ini dilakukan sejak tahun 2004 yang meliputi pengembangan satu
Lantai menjadi tiga lantai dengan menambah sayap kiri dan kanannya.
Arsitektur bangunan dengan total luas bangunan 3.724 m2 pada lahan seluas 5.246 m2 ini dengan mengadopsi arsitektur berbagai masjid terkenal di
dunia dan penambahan enam menara masjid. Sisa bangunan masjid yang lama hanya tampak pada bagian depan bagian tengah
Pintu masuk dengan
Hiasan di bagian atasnya, bangunan kubah untuk berwudhu , beberapa
Lampu antik, dan
Prasasti. Sebelumnya masjid Agung Tuban juga direnovasi pada tahun 1985 di mana bangunan masjid mengalami perluasan. Masjid Agung Tuban ini menurut sejarahnya diperkirakan didirikan pada awal permulaan pemerintahan
Islam yaitu masa pemerintahan Adipati Raden Ario Tedjo,
Bupati Tuban ke-7 (abad ke-15). Tidak diketahui pasti siapa pendiri Masjid tersebut. Pembangunan masjid selanjutnya dilakukan pada tahun 1894 M pada masa pemerintahan Bupati Raden Tumenggung Kusumodigdo.
Arsitektur bangunan masjid dibuat oleh Toewan Opzichter B.O.W.H.M. Toxopeus, berkebangsaan
Belanda dan selesai dibagun dan diresmikan pada tanggal 28 Juli 1894. Seperti yang tertulis pada prasasti dari batu marmer yang ada di pilar bagian depan masjid. Bangunan Masjid Jami’ yang lama berada pada lahan berukuran 36 x 30 m dan terdiri dari atas ruang utama, serambi, dan bangunan lain. Ruang utama berdenah bujur sangkar berukuran 36 x 30 x 5 m.Di kiri-kanan pintu masuk terdapat enam buah tiang beton berhiaskan relief bunga-bunga. Pada bagian depan masjid sebelah kanan dan kiri terdapat dua buah bangunan kubah tempat berwudhu. Di bagian sebelah kanan masjid ini dulunya terdapat bangunan Sekolah Dasar Islam. Ada kenangan yang berkesan tentang bangunan masjid Jami yang lama ini pada era tahun 1980-an dan tahun sebelumnya. Pada saat itu setiap
Bulan Ramadhan saat menjelang waktu buka puasa, di halam masjid Jami disiapkan ‘ Blanggur ‘ ( semacam meriam ) yang terbuat dari batang bambu dan menggunakan karbit bercamput air sebagai bahan peledaknya. Ketika Blanggur itu dinyalakan dengan menyulutnya dengan api, kemudian terdengarlah suara bak meriam yang menggelegar dan nyaring bunyinya sebagai penanda waktu buka puasa. Atraksi menyalakan Blanggur itu dulu selalu ditunggu dan disaksikan oleh warga Tuban sambil menonton tayangan acara sebuah televisi hitam putih 14 inch yang dipasang di dekat kantor Bupati, sebelah selatan masjid Jami’. Maklum, ketika itu televisi hitam putih masih menjadi barang
Langka dan jarang warga yang memilikinya dan televisi adalah hiburan yang sangat
Menarik. Karena itu banyak warga dari berbagai penjuru daerah yang berdatangan dan berkumpul di alun-alun dan sekitar masjid Jami’ hanya untuk menonton bareng televisi hitam putih. Dibalik
Kemegahan bangunan Masjid Agung Tuban ini menyimpan banyak kisah dan kenangan di
Masa Lampau.
KEMBALI KE ARTIKEL