Di
Surabaya banyak terdapat bangunan kuno yang bersejarah dan tersebar di berbagai penjuru daerahnya. Salah satunya berada di daerah kawasan Pecinan di Jl. Karet. Di ruas jalan ini terdapat banyak bangunan Pecinan kuno dengan bentuk yang masih seperti aslinya. Salah satunya adalah Rumah Abu Keluarga Han yang merupakan bangunan kuno dan legendaris.Meskipun dikenal sebagai Rumah Abu Keluarga Han, di rumah ini tidak menyimpan abu orang yang sudah meninggal ataupun tentang abu lainnya. Yang ada adalah kayu-kayu simbolis yang disebut ‘ sinci ‘ ( Papan Arwah ) dan bertuliskan dalam bahasa Tiongkok tentang nama-nama leluhur marga Keluarga Han yang telah meninggal. Sinci yang terletak di meja altar dan berwarna putih gading itu berukuran panjang sekitar 20 cm dan lebar 5 cm.Altar persembahan itu sepintas mirip dengan altar persembahan yang ada di
kelenteng. Rumah ini digunakan untuk kegiatan bersembahyang dan menghomati leluhur dari keluarga bermarga Han. Rumah Abu Keluarga Han didirikan sekitar abad 18-19 oleh Han Bwe Koo, keturunan ke-6 dari Keluarga Han. Sejarah Keluarga Han itu sendiri diawali oleh Han Siong Kong yang berasal dari Tiongkok dan pertama kali tiba di Indonesia sekitar tahun 1673 dengan mendatangi di kota pesisir Lasem. Sejarah Keluarga Han kemudian berlanjut dengan salah satu keturunannya yaitu Han Bwee Koo yang datang ke Surabaya dan diangkat menjadi Kapiten der Chineezen.Yaitu wakil pemerintah kolonial Belanda untuk menjadi pemimpin orang-orang Tionghoa di Surabaya. Sehari sebelum Sincia atau tahun baru Imlek, warga
Tionghoa mengadakan sembahyang leluhur. Semua keluarga baik dekat maupun jauh berkumpul untuk memberikan penghormatan kepada para leluhur yang sudah tiada. Pada saat itu di rumah Abu Keluarga Han disajikan berbagai perlengkapan sembahyang .Seperti buah-buahan, lauk pauk, seperti ayam, kepiting, ikan, babi, bebek dan kue-kue basah seperti kue nian gao , kue wajik, kue mangkok, kue pia , kue keranjang, muaco, lauwa, thong chiu pia , dan kue thok. Ada juga minuman putao chee chiew, sejenis anggur rendah alkohol. Dan yang wajib ada tebu sebagai simbol manis-manis agar di tahun yang baru ini semua keluarga diberikan rezeki dan kehidupan yang manis
Di bagian depan pada
Dinding rumah sebelah kanan dan kiri tampak ukiran berbentuk lingkaran yang cukup besar dengan
Motif tertentu. Ada juga dua buah patung berbentuk kepala manusia di sebelah kanan dan kiri atas pada pintu masuk . Relief dan
Patung itu berwarna coklat kehitaman dan terbuat dari
Kayu. Melangkahkan kaki memasuki rumah Abu Keluarga Han terdapat seperangkat meja dan kursi
Kuno. Selain itu juga lampu gantung bergaya klasik. Yang menarik , pada dinding ruangan ini terdapat beberapa lukisan kuno tentang Keluarga Han. Ada juga foto-foto kuno yang sayangnya mungkin karena
Faktor Usia, foto yang sudah cukup lama menjadikan foto itu tidak terlihat jelas apa obyek fotonya. Di Ruangan yang tampak luas dan lega ini berikutnya terdapat meja altar untuk kegiatan bersembahyang dan menghormati leluhur keluarga Han. Altar persembahyangan ini berbentuk sangat indah dengan ukiran,
Relief dan warna yang artistik. Keindahan itu juga tampak pada bagian plafon dan panel-panel kayu yang berukir dengan aksara
Tiongkok dan ukiran-ukiran bermotif satwa seperti
Burung , Kili dan sebagainya. Di halaman rumah terdapat sumur tua yang masih digunakan hingga saat ini. Dengan sosok bangunan rumah Abu Keluarga Han yang kuno dan legendaris itu dengan kisah sejarahnya menjadikan bangunan ini sering menjadi destinasi kunjungan orang-orang yang tertarik pada bidang sejarah maupun arsitektur bangunan. Sosok tentang rumah Abu Keluarga Han itu dapat dilihat dan diunduh videonya secara lengkap dan gratis
http://vimeo.com/24602582. Video menyoroti tentang arsitektur bangunan Rumah keluarga Han itu dibuat oleh Kevin Reinaldo , alumnus dari Desain Komunikasi Visual UK Petra sebagai tugas akhir kuliahnya. Film dokumenter itu cukup bagus dengan visual fotografi yang menarik. Mendeskripsikan isi dan penampilan rumah dan menampilkan wawancara dengan pemiliknya, Pak Robert W. Rosihan, juga Pak Freddy Istanto (pendiri Syarikat Pusaka Surabaya), Ibu Hannie Kwartanti (dosen dan ahli kebudayaan Tionghoa), dan Pak Karno (salah satu penjaga Rumah Abu). Pada salah satu segmennya diceritakan juga kondisi Rumah Abu Han pada saat ini dimana pada bagian belakangnya digunakan untuk tempat tinggal keluarga Han yang baru datang dari Tiongkok dan belum memiliki tempat tinggal di Indonesia. Pak Robert W. Rosihan sampai saat ini masih merawat rumah itu untuk menghormati tradisi leluhur, dan juga memfungsikan rumah itu untuk kepentingan pendidikan seperti bedah buku dan pameran batik encim. Di sebelah Rumah Abu Han, juga ada Rumah Abu The, yang dulunya adalah menantu keluarga Han.Ada juga rumah abu keluarga Tjoa yang kesemuanya masih dengan bangunan dan
Arsitektur aslinya. Rumah Abu Keluarga Han adalah salah satu bangunan yang mencerminkan kebesaran keluarga Han di
Masa Lampau. Anda dapat mengikuti kunjungan ke rumah Abu Keluarga Han melalui
Surabaya Heritage Track yang diadakan oleh museum
House Of Sampoerna.
KEMBALI KE ARTIKEL