Tetapi setelah mencermatinya, ternyata ada banyak hal yang berbeda dan unik pada ketupat ini.
Ketupat ketheg dibuat menggunakan daun pohon kebang, sejenis daun lontar yang banyak tumbuh di daerah perbukitan di Kabupaten Lamongan.
Di samping itu, isi ketupat ketheg adalah ketan putih murni. Karena memasaknya menggunakan air ketheg, rasa ketupat ini sangat khas, yaitu gurih dan cenderung asin. Jujur saja, saya tidak menyukai Kupat Kethek ini.Karena rasanya yang terlalu asin, cukup membuat eneg ketika menyantapnya. Untuk satu bungkus kupat Ketheg , saya hanya memakannya dua potongan saja dan tak sanggup untuk menghabiskannya. Warna isi dalam Kupat Ketek itu kuning ke emasan.Anyaman daun kebang yang membentuk ketupat pun lebih kecil dan agak longgar dibanding ketupat biasa. Sedangkan air lantung atau air ketheg yang baru di ambil, tidak bisa langsung digunakan untuk memasak karena kondisinya masih keruh, tetapi harus diendapkan selama tujuh hari, agar airnya jernih dan terlihat bersih saat akan di gunakan untuk memasak.Sudah bertahun-tahun lamanya, warga menggunakan air ketheg ini untuk memasak ketupat terutama di hari raya ketupat seperti sekarang ini. Kupat ketheg ini pada awalnya dibuat oleh warga hanya untuk merayakan lebaran ketupat atau sepekan setelah lebaran danĀ untuk menjamu tamu-tamu lebaran yang bersilaturrahmi ke rumah mereka.Karena banyaknya peminat, ketupat ketheg, kini tidak hanya dibuat saat perayaan lebaran. Tetapi juga pada hari-hari biasa, yang biasa di jumpai di kompleks makam Sunan Giri di kota Gresik. Harga per bijinya Rp 2.500 dan bisa langsung dimakan begitu saja atau disajikan dengan menu masakan lainnya. Seperti memadukan Kupat Ketheg dengan bakso, misalnya. Dengan memasak menggunakan air ketheg, ketupat ini mampu bertahan hingga lebih dari 15 hari lamanya. Ketupat ketheg, tak hanya cocok untuk makanan lebaran ketupat saja, tapi, bisa juga untuk oleh-oleh mudik dari kota Gresik.