Dari kejauhan, bangunan
yang berwarna putih itu tampak tinggi menjulang. Di tengah sepinya kawasan di sekitarnya yang berupa daerah pantai, sosok dan keberadaan bangunan itu cukup mencolok. Bangunan itu adalah Mercusuar Sembilangan yang berada di Desa Tanjung Piring , Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan - Madura. Nuansa horor ala Dunia Lain begitu terasa ketika menyimak mercusuar itu yang ternyata merupakan bangunan kuno peninggalan masa kolonial Belanda. Selain tampak dari gaya dan arsitektur bangunannya, juga adanya prasasti yang terdapat di atas pintu masuk mercusuar ini. Dalam prasasti yang tertulis dalam bahasa Belanda itu menyebutkan bahwa mercusuar ini dibangun pada tahun 1879 dan menyebut nama Z.M. Willem III . Begitu juga dengan adanya prasasti yang lebih kecil di bagian belakang gapura yang tertulis tahun 1879. Mercusuar itu pada masa lampau dibangun untuk membantu kapal-kapal dari Belanda yang masuk dari laut Jawa ke selat Madura untuk kemudian bersandar di pelabuhan Tanjung Perak - Surabaya.Saat ini, mercusuar itu berfungsi sebagai sarana bantu navigasi pelayaran di selat Madura oleh Departemen Perhubungan. Rasa takjub saya ketika melangkahkan kaki memasuki mercusuar Sembilangan yang berbentuk lingkaran dan struktur bangunannya terbuat dari besi yang sangat tebal ini. Ribuan mur dan baut yang berukuran cukup besar tampak menjadi perekat sambungan antar besi-besi itu. Di bagian tengah mercusuar terdapat lubang pipa besi yang melingkar dengan diameter sekita 2 meter. Lubang besi itu berfungsi semacam lift manual untuk menaik-turunkan barang dari bawah ke atas dan sebaliknya. Mercusuar setinggi 78 meter ini memiliki 16 lantai yang setiap lantainya ditandai dengan adanya dua buah jendela pada sisi depan dan belakangnya. Pada setiap lantai itu terdapat tangga yang berwarna hitam dan berbentuk melengkung setinggi sekitar 3 meter. Pada ujung bawah tangga itu terdapat bongkahan besi dengan motif hiasan sederhana Melalui jendela itu dan dari ketinggian, pengunjung bisa mengamati panorama di sekitar pantai Sembilangan. Entah kenapa, nuansa misteri dan horor sangat terasa ketika saya berada di dalam mercusuar itu. Disamping karena suasananya yang terasa cukup hening dan sunyi senyap, di dalam mercusuar itu juga tedengar suara yang seolah berdentum dan bergetar. Mungkin suara-suara itu berasal dari gaung langkah kaki para pengunjung yang berada di dalam mercusuar atau getaran pada sambungan antar pipa-pipa besinya. Belum lagi dengan adanya kisah yang berkembang di masyrakat dengan adanya kasus-kasus penampakan hantu dan makhluk halus lainnya yang sering menampakkan wujudnya di sekitar mercuar Sembilangan ini.Diantara penampakan makluk gaib itu konon
ada yang berupa sosok
orang-orang Belanda dengan pakaian kunonya. Sayang, karena saya phobia pada ketinggian, saya hanya bisa menikmati suasana mecusuar hingga pada lantai yang ke-4 saja. Selebihnya saya hanya bisa memandangi puncak mercusuar itu dari halaman luarnya saja. Tampak beberapa pengunjung yang bernyali menikati sensasi di ketinggian mercusuar Sembilangan dengan hembusan angin pantai yang cukup kencang. Di sekitar Mercusuar ini terdapat pepohonan yang memberikan panorama yang cukup indah. Banyak pengunjung yang
datang bersama dengan pasangan dan kekasihnya tampak menikmati keindahan suasana di sana. Selain itu juga terdapat deretan warung yang menjual berbagai jenis dagangan seperti rujak lontong dan rujak buah. Sambil menikmati kuliner itu, pengunjung bisa menikmati panorama pantai dan laut di selat Madura dengan arus lalu lintas berupa kapal-kapal besar. Dengan keindahan dan nilai historis bangunannya, Kawasan Mercusuar Sembilangan ini sering menjadi lokasi pemotretan untuk fashion, pre wedding dan sebagainya. Selain itu juga sering menjadi lokasi pembuatan film oleh berbagai komunitas.Untuk memasuki mercusuar ini tiap pengunjung dikenai tiket masuk Rp 1000 dan Rp 3000 untuk tiap mobil. Akses jalan untuk menuju ke kawasan ini sebenarnya cukup
mudah karena tak jauh dan hanya dengan mengikuti jalan raya di depan Makam dan Pondok Pesantren KH. Kholil yang cukup terkenal di Madura. Sayang, tak ada akses angkutan umum yang menuju kesana selain menggunakan kendaraan pribadi. Yang menarik,
warga di sekitar Mercusuar ini lebih mengenal bangunan ini dengan sebutan Lampu. Karena itu tak heran jika mereka banyak yang merasa kebingungan jika ditanya tentang Mercusuar Sembilangan.
Sebaliknya, mereka akan segera tanggap dan memberikan informasi jika ada orang yang menanyakan tentang bangunan mercusuar itu dengan sebutan Lampu.
KEMBALI KE ARTIKEL