Diabetes melitus merupakan penyakit yang hari-hari ini banyak menyerang berbagai kalangan manusia. Diabetes melitus terdiri dari beberapa tipe, salah satunya diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2. Pada diabetes tipe 1, sel pankreas rusak sehingga tidak bisa menghasilkan hormon yang bernama insulin (Wisman et al. 2016). Pada tipe 2, sel-sel tubuh tidak merespon insulin sehingga kerjanya tidak efektif. Hormon insulin merupakan hormon pengatur gula darah. Ketika manusia makan, karbohidrat yang ada dalam makanan akan diubah menjadi glukosa. Insulin akan membantu tubuh meregulasi glukosa tersebut dengan menyimpannya menjadi glikogen di hati. Jika manusia tidak punya insulin yang cukup, seperti pada kasus diabetes melitus tipe 1, maka glukosa dalam darah akan tinggi dan bisa menyebabkan gejala seperti sering buang air kecil atau poliuria, mudah lelah, mudah haus, dan lainnya. Berbagai peneliti dari tahun ke tahun mencari solusi dari permasalahan ini. Ditemukan bahwa pemberian insulin buatan merupakan cara yang efektif untuk penderita diabetes. Hal ini dinamakan terapi insulin yaitu dengan memberikan insulin buatan dengan menginjeksikannya ke tubuh pasien pada saat setelah makan atau saat tubuh tinggi kadar gula. Insulin buatan pertama kali dihasilkan dengan cara mengambil insulin dari hewan. Namun, seiring perkembangan teknologi, insulin dibuat dengan teknik rekombinasi DNA. Sehingga, saat ini banyak sekali penderita diabetes melitus yang diberikan insulin buatan sebagai agen terapeutik (Mathieu et al. 2021).
KEMBALI KE ARTIKEL