Hari-hari mereka penuh dengan senyuman, tawa, dan kebersamaan. Pagi dimulai dengan aroma kopi yang menyegarkan, dan malam ditutup dengan berbagi cerita di bawah cahaya bintang. Setiap momen sederhana mereka jadi indah karena hadirnya satu sama lain.
Namun, seperti yang sering terjadi dalam kehidupan, takdir punya rencana lain. Suatu hari, Alex mendapat kabar bahwa penyakit yang ia derita tak bisa diobati. Mia mencoba tetap tegar, berusaha menjaga semangat suaminya dan membuat sisa waktu yang mereka punya menjadi berarti.
Bersama-sama mereka menjalani waktu yang berharga, mengumpulkan kenangan-kenangan manis sebagai bekal untuk masa depan yang takkan pernah mereka alami bersama. Mereka melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang telah lama ingin mereka kunjungi, dan menghabiskan waktu berlama-lama hanya untuk saling berbicara.
Saat akhirnya Alex pergi, Mia merasakan kekosongan yang tak tergantikan. Rumah yang dulu penuh tawa dan canda, kini terdengar hampa. Mia merindukan senyuman Alex dan kehangatan pelukannya.
Tapi, meskipun kini Alex telah tiada, cinta mereka masih bersinar. Mia tetap merasakan kehadiran Alex dalam setiap sudut rumah yang pernah mereka isi dengan cerita dan tawa. Hingga akhir hayatnya, dia akan mengingat cinta mereka yang takkan pernah pudar meskipun waktu terus berlalu.
Di antara duka dan rindu, Mia tahu bahwa cinta mereka adalah suatu anugerah yang tak bisa diukur dengan waktu. Setiap hari yang mereka habiskan bersama adalah suatu keajaiban. Dan meskipun akhirnya mereka dipisahkan oleh kematian, cinta itu tetap ada, membawa mereka bersatu dalam kenangan dan harapan.