Pak Badul petang sudah datang sudah saatnya membeli makan untuk kamu dan bini dan ketiga anak-anakmu setelah puasa seharian mengumpulkan logam-logam rupiah itu. aduhh...! pak Badul tak habis pikir aku dimana kau lahirkan anak-nakmu itu. di rumah- sakit kah? pakai tenaga bidan kah? ahg pakai tenaga dukun beranak pun juga sama tarifnya tak jauh berbeda ''alami lahirnya mas'' katanya padaku padaku kejam kenapabisa persis seperti proses lahirnya orok kambing dari rahim iduknya.
Pak Badul anak sulungmu bukan kah sudah seharusnya mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar? dan si nomor dua harusnya saat ini tengah menikmati keriangannya bernyanyi-nyanyi ketawa ketiwi denganteman-teman seusianya di Taman Kanak-Kanak? bukan kah ada program SEKOLAH GRATIS? ahgg aku lupa gratis memang untuk ilmunya saja bukan untuk seragamnya belum lagi harus ada pembayaran sumbangan adminstrasi entah apalah namanya tapi kan katanya gratis? ahgg gartis gartis kepalamu yang gartis di jaman gila yang di penuhi orang-oang yang edan jangan harap kamu bisa dapat yang gratis-gratis
Pak Badul apa yang membuatmu terjerat dalam liang yang hina itu. buka kah kau punaya tenaga? iyah kaupunya memang tapi dimana kau harus menyalurkan tengamu itu sedang lapangan kerja itu tidak ada? bukan kah kau juga punya otak Pak Badul? yah semua manusia memang punya itu hanya saja sistem yangmembuat otak-otak itu terklasifikasi mana yang otakyang sudah di masak dengan bangku pendidikan danmana yang tidak. sedang kamu Pak Badul SDmu saja tak tamat lag-lagi hanya formalitas kau anggap takdirkah itu Pak Badul jangan pak Badul Itu hanya Nasib dan kamu bisa mengubahnya ai ucapanku manis semanis kata-kata motivasi Mario Teguh tapi bagaiman pak Badul hendak merubahnya jika jalan untuk memulai saja ia kebingungan