Kutatap air yang begitu banyaknya turun dari langit, membuat suasana dingin menyelimuti pagi yang sepi. Tak lagi kudapati sosok wanita yang selalu membangunkanku di pagi hari. Membawakanku secangkir kopi susu dan goreng pisang buatannya. Air yang berlimpah ruah turun tiada henti, dari semalam tak dapat kupejamkan mata ini, hanya mendengar gemuruh langit yang bersahutan tiada henti seakan-akan dengan sombongnya berkata, “Aku yang berkuasa saat ini, tidak ada satupun yang dapat menghalangiku.” Gemuruh yang tiada henti itu, membuatku tak dapat memejamkan mata, tat kala kuingat, sosok perempuan nan lembut, membelai rambutku saat aku merasa begitu ketakutan mendengar gemuruh di langit. Kuberlari, kusembunyi, namun gemuruh itu terasa terus mengikutiku, sampai tangan lentik nan lembut itu meraih dan membelai tubuh kecilku. Ada damai disana, tak ingin rasanya tangan itu berhenti membelaiku, sampai akhirnya pagi menyambutku.Itulah ingatanku kala ku kecil.