Profesor merupakan seseorang yang mampu dipercayai untuk mengajar dan memberikan pembelajaran. Untuk menjadi seorang guru besar, diperlukan sertifikasi dan pengalaman yang panjang. Namun, beberapa guru besar memiliki riwayat studi yang tidak jelas. Hal itu tentunya tidak pantas karena dapat menghancurkan kepercayaan masyarakat dan mahasiswa dalam mendengarkan perkataan para guru besar. Para guru besar yang menggunakan jurnal predator dengan tujuan mempercepat proses akan sangat merusak kepercayaan dan integritas profesor dalam masyarakat. Hal itu tidak pantas dilakukan oleh seseorang yang berpendidikan tinggi dan dipercayai tanggung jawab untuk mengajar. Para guru besar ini seharusnya mengingat kembali tugas dan tanggung jawab yang mereka miliki. Oleh karena itu, setiap guru besar harus lebih diperhatikan atau diawasi agar tidak terjadi hal serupa.
Banyak kasus tentang perolehan gelar profesor telah terjadi. Bambang Soesatyo memiliki riwayat studi yang kurang jelas saat hendak memperoleh gelar profesor. Berdasarkan Pitaloka P.S., Bambang Soesatyo menerima gelar master pada 1991 dan ia baru menerima gelar sarjana setahun kemudian di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi. Hal itu tentu tidak wajar. Riwayat mengajarnya juga kurang dari 5 tahun, sedangkan syarat untuk menjadi profesor adalah mengajar sekurangnya 10 tahun. Tentunya hal itu mendatangkan kecurigaan dari banyak pihak. Setelah ada upaya pengecekan ulang, banyak data darinya juga anehnya menghilang.
Pitaloka juga menjelaskan kasus lain yakni kasus Reda Manthovani, seorang Jaksa Agung Muda Intelijen Kejaksaan Agung. Manthovani mendapatkan tuduhan serupa lantaran ia ingin melakukan loncat jabatan dari lektor ke guru besar dengan menerbitkan empat artikel ilmiahnya. Kedua jurnal yang digunakan Manthovani bermasalah sehingga diduga sebagai perusahaan papermill. Kasus-kasus ini menjadi bukti kuat bahwa masih terjadi kecurangan atau ketidakjujuran dalam upaya orang-orang untuk menjadi seorang guru besar.
Kelicikan yang begitu besar, begitu banyak cara dilakukan demi mendapatkan hal yang diinginkan bagaikan rubah yang licik. Seperti rubah yang sering berbohong, segala perkataan mereka lontarkan, demi mendapatkan kepercayaan yang palsu. Begitu besar rencana mereka demi mengelabui orang lain. Namun, bagaikan anjing yang begitu kuat mencium, segala perilaku dan kebohongan mereka tercium jelas oleh orang-orang yang ingin mereka kelabui.
Sumber (1)