Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Meninjau Varian Metodologi Interpretasi Religius

12 April 2020   09:08 Diperbarui: 12 April 2020   09:19 110 0
Konstrusi analitis dari nalar legalistik "religius" dalam menyikapi atau merespon realitas patut menjadi perhatian. "Religiusitas" atau bahkan religio yang tidak terlepas dari relasi dengan kekuasaan (dalam pengertian relasi agama dan kekuasaan dalam pandangan Michael Foucault), akan berupaya mempertahankan "ketundukan" melalui ritus-ritus dan lambang yang menjadi penanda supremasi yang mewakili model teokrasi yang dimanfaatkan dalam konteks otoritas  kekuasaan keagamaan. Agama sendiri oleh Wilfred Cantwell Smith (1916-2000) dalam "What is Scripture ?" disebut berasal dari kata  "religion" yang berarti ketakutan pada tuhan-tuhan "imajinatif", ketika Fredrich Nietzsche (1844-1900) berpandangan bahwa membunuh "tuhan-tuhan palsu" itu sebagai "religiusitas" dalam pengertian sebagai modus vivendi bagi legitimasi perebutan kekuasaan profan/sekuler, maka tameng kekuasaan palsu "religiusitas" yang menjerat kemanusiaan akan dapat diruntuhkan seperti pendapat Karl Marx dan Friedrich Engels (1820-1895) dan manusia dapat memahami bahwa Religiusitas yang sejati adalah yang bersemayam sebagai kesadaran spiritual adikodrati yang bersemayam dalam jiwa manusia, bukan pada pola relasi-relasi kekuasaan yang menggunakan "religion" dalam pengertian Wilfred C. Smith (1916-2000) yang oleh sebagian orang terutama para penguasa, bangsawan (aristokrat) dan para pemilik kapital diperuntukan untuk menindas dan menzalimi manusia lain yang lemah dan tidak berdaya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun