Hari ini, 7 April 2022 kita merayakan Hari Kesehatan Sedunia dengan tema "Our Planet, Our Health" yang berfokus pada kesehatan manusia, yang bergantung dengan keadaan bumi. WHO mengungkapkan bahwa lebih dari 13 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun, disebabkan oleh lingkungan, seperti krisis iklim yang diklaim sebagai ancaman kesehatan terbesar pada manusia yang hidup di bumi.
Bumi adalah tempat tinggal, habitat atau rumah bagi semua kehidupan. Karena itulah, harus ada pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya lingkungan hidup ini. Tantangan terbesar yang dihadapi negara kita saat ini adalah membangun dan memelihara komunitas sehingga cara hidup, bisnis, ekonomi, struktur fisik, dan teknologi, tidak mengganggu kemampuan alam untuk menopang kehidupan.
Kenyataannya, aktifitas manusia menghasilkan berbagai gas sehingga berdampak terhadap suhu rata-rata bumi, menjadi lebih hangat dari tahun ke tahun. Es abadi di kutub mencair, beberapa negara mengalami gelombang panas dan kenaikan curah hujan. Dan ini adalah kondisi ideal bagi serangga untuk berkembang biak. Mereka bertelur dalam kubangan air yang bertambah banyak akibat musim hujan. Akibat perubahan iklim yang drastis, perkembang biakan bakteri, virus dan parasit juga meningkat, dan ini sudah terbukti menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat dunia.
Penyakit-penyakit akibat perubahan iklim seperti malaria yang masuk lewat gigitan nyamuk, kolera yang menular dari makanan dan minuman yang terkontaminasi, demam berdarah yang juga akibat gigitan nyamuk, pneumonia atau penyakit infeksi pada kantung udara dalam paru-paru yang berasal dari bakteri, virus hingga jamur dan penyakit Hepatitis atau radang hati akibat infeksi virus yang masuk melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Dengan ancaman nyata tersebut, apa yang bisa dikontribusikan oleh agama Hindu dalam menghadapi masalah kesehatan akibat lingkungan ini ?
Kita sebagai Penyuluh Agama Hindu Non PNS diharapkan mendorong kembali pemahaman ke tengah masyarakat tentang filosofi atau tatwa Hindu yaitu Tri Hita Karana dan bagaimana prinsip tersebut telah dikembangkan untuk menopang jaringan kehidupan. Tri Hita Karana berasal dari kata "Tri" berarti tiga, "Hita" berarti kebahagiaan dan "Karana" yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karana berarti "Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan". Pada dasarnya hakikat ajaran ini, menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan manusia dengan alam sekitar (palemahan), hubungan manusia dengan manusia lain (pawongan), dan hubungan manusia dengan Tuhan (parhyangan), yang saling terkait satu sama lain.
Palemahan, hubungan dengan alam
Penyuluh perlu meningkatkan kesadaran tentang menekankan hubungan manusia dengan alam, karena jagat agung dan mahkluk yang hidup di dalamnya, memiliki saling ketergantungan satu dengan yang lain. Semua anggota dan komunitas ekologis atau lingkungan hidup - termasuk manusia - berada, hidup dan berkembang dalam satu kesatuan mata rantai yang terikat satu sama lain dalam sebuah jaringan relasi yang luas dan rumit, yang bernama jaring kehidupan.
Kenapa penting menekankan hubungan dengan alam, karena eksistensi, keutuhan, kehidupan, dan perkembangan setiap anggota menentukan eksistensi, keutuhan, kehidupan, dan perkembangan setiap anggota lainnya, dan di lain pihak, menentukan eksistensi, keutuhan, kehidupan serta perkembangan seluruh komunitas ekologis dan juga perkembangan setiap anggota lingkungan tersebut.
Keberlangsungan kehidupan ditentukan dan dipengaruhi oleh rangkaian pola relasi saling terkait satu sama lain secara siklis, dalam sebuah sistem terbuka yang menyerap dan mengeluarkan energi dan materi secara timbal balik. Hasil pembuangan atau sisa proses kehidupan, diserap oleh kehidupan lainnya sebagai makanan yang berguna, sebagai energi dan materi yang pada gilirannya mengeluarkan lagi limbah sebagai sisa proses kehidupan yang akan diserap oleh kehidupan lainnya, sebagai makanan, energi dan materi yang berguna bagi proses kehidupan selanjutnya, dalam sebuah mata rantai yang berkelanjutan dengan prinsip daur ulang.
Pawongan, hubungan dengan manusia lain
Prinsip interdependensi dan daur ulang hanya mungkin berlangsung secara berkelanjutan kalau ada kemitraan dan kerja sama di antara anggota-anggota komunitas kehidupan. Kehidupan di muka bumi hanya mungkin bertahan selama bermilyar-milyar tahun, karena ada kerja sama dalam proses berkembang bersama, saling menunjang dan mengisi satu sama lain di antara berbagai bentuk kehidupan di muka bumi.
Kemitraan---yang mengandung pengertian terbuka untuk saling terkait, saling menunjang, saling mendukung, untuk hidup dan menghidupi satu sama lain dan bekerja sama---adalah salah satu penanda penting kehidupan.
Manusia bekerja sama dengan manusia lain dalam evolusi bersama, setiap anggota saling memahami kebutuhan dan eksistensi masing-masing sekaligus juga saling memahami dan menunjang perkembangan dan kemajuan satu sama lain. Melalui cara itu mereka berkembang dan maju bersama sebagai sebuah komunitas.
Tanpa ada prinsip kemitraan, perang disana sini terus menerus terjadi dan akibat dari senjata-senjata yang dahsyat, menghanguskan beragam ekosistem yang ada. Karena itu, dengan prinsip Pawongan atau menekankan hubungan manusia dengan manusia lain, pemerintah Indonesia yang sedang memimpin G20, diharapkan dapat mengambil peran aktif dalam menciptakan perdamaian abadi dengan tidak berpihak,yang tujuan akhirnya akan berdampak terhadap keadaan planet Bumi.
Prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang diambil dari kitab Sutasoma - berbeda-beda tapi tetap satu - unity in diversity, perlu terus dikumandangkan. Prinsip keragaman sebenarnya merupakan hakikat  alam dan kehidupan itu sendiri. Keragaman inilah yang memungkinkan alam dan kehidupan berkembang sebagaimana adanya, termasuk dengan membuka diri bagi interdependensi dan fleksibilitas. Hal ini berlaku juga bagi komunitas manusia. Dalam komunitas manusia kita juga menemukan sedemikian banyak komunitas etnik dengan beragam budaya dan bahasanya. Jika dihubungkan dengan interdependensi dan fleksibilitas, prinsip keragaman berarti: penerimaan, penghormatan dan kerjasama untuk tujuan bersama.
Parhyangan, hubungan manusia dengan Tuhan
Ekologi dan spiritualitas pada dasarnya terhubung, karena kesadaran ekologis yang mendalam, pada akhirnya, merupakan kesadaran spiritual. HIndu mengimplementasikan ini dengan berbagai ragam penghormatan yang eksplisit kepada mahluk hidup lain. Dengan Tumpek Pengatag / Tumpek Uduh, umat Hindu diminta untuk menghormati keberadaan Tanaman. Pada saat Tumpek Kandang, umat Hindu diminta untuk menghormati keberadaan hewan dan upacara-upacara lain yang mencerminkan upaya untuk menghubungkan manusia dengan Sang Pencipta, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Penutup
Dengan prinsip Tri Hita Karana, kita berusaha mendorong perbaikan hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan Tuhan, dengan harapan, upaya kecil itu, bisa berkontribusi menyembuhkan planet bumi dari perubahan iklim, dan sekaligus meningkatkan kesehatan para penghuni nya, sesuai tema Hari Kesehatan Sedunia kali ini yaitu "Our Planet, Our Health"
Demikian tulisan ini disusun, tidak bermaksud untuk menggurui, namun hanya melaksanakan swadharma atau kewajiban sebagai Penyuluh Agama Hindu Non PNS, yang salah satunya adalah menterjemahkan berbagai kebijakan pemerintah ke dalam bahasa Agama.
Semoga ada manfaatnya.Â
IBM Jaya Martha
Penyuluh Agama Hindu Non PNS
Jakarta Utara