Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Sepatu Lama yang Berbicara

12 Mei 2024   14:34 Diperbarui: 12 Mei 2024   14:37 103 2
Di pinggiran kota, tinggallah seorang wanita tua bernama Bu Sari, yang dikenal sebagai penjahit ulung. Rumahnya yang sederhana penuh dengan tumpukan kain dan benang berwarna-warni, namun satu barang yang selalu menarik perhatian setiap pengunjung adalah sepasang sepatu lama yang selalu tergeletak di sudut ruang kerjanya.

Sepatu itu, kulitnya sudah mengelupas dan solnya nyaris habis, seakan memiliki cerita yang belum terungkap. Suatu hari, seorang anak kecil yang sering datang untuk melihat Bu Sari bekerja bertanya tentang sepatu itu.

"Bu Sari, mengapa sepatu lama itu selalu ada di sini? Kenapa tidak dibuang saja?" tanya Jono, mata kecilnya penuh keingintahuan.

Bu Sari tersenyum, menarik kursi dan mengajak Jono duduk. "Sepatu ini, Nak, bukan sekadar sepatu. Ini adalah pelajaran tentang nilai dan waktu," jawab Bu Sari, seraya mengelus lembut sepatu tersebut.

"Sepatu ini dulunya milik ayahku," lanjut Bu Sari. "Dia seorang pelari maraton. Sepatu ini adalah sepatu terakhir yang dia pakai sebelum dia tidak bisa berlari lagi karena sakit. Ayah selalu mengatakan bahwa setiap sol yang tipis ini merepresentasikan rintangan yang dia telah taklukkan."

Mata Jono membesar mendengarkan cerita itu. "Lalu, mengapa Anda tidak membeli sepatu baru untuk ayah, Bu?"

Bu Sari tertawa kecil. "Oh, sayang, bukan tentang membeli yang baru atau lama. Ayah ingin menyimpannya sebagai pengingat bahwa hal-hal yang kita miliki lebih dari sekadar fungsi fisiknya. Sepatu ini mengajarkan kita tentang ketekunan, tentang nilai sejati kerja keras, dan bagaimana kita harus menghargai apa yang telah kita lewati dalam hidup."

Jono terdiam, mencerna pelajaran dari sepatu tua itu. "Jadi, sepatu ini seperti trofi?"

"Benar, Nak. Seperti trofi yang mengingatkan kita bahwa setiap langkah, tidak peduli seberapa berat, adalah bagian dari perjalanan kita. Dan terkadang, hal-hal lama memiliki nilai lebih karena kisah yang mereka bawa," jelas Bu Sari.

Dari hari itu, Jono mulai melihat benda-benda tua tidak hanya sebagai barang yang usang, tetapi sebagai saksi bisu perjalanan seseorang atau sesuatu. Dan Bu Sari, dengan sepatu ayahnya yang lama itu, terus mengajarkan nilai sejarah dan pengalaman kepada siapa saja yang meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita di balik setiap jahitan dan setiap sol yang tipis.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun