Akhirnya setelah listrik menyala tersiarlah kabar di berbagai televisi bahwa Nias telah dihantam gempa dahsyat. Kepanikan melanda hati karena seluruh keluarga tinggal di Nias dan tak satupun yang dapat dihubungi berhubung karena sambungan komunikasi lewat telepon seluler putus total. Hingga barulah keesokan harinya setelah berulang kali menghubungi sanak saudara, kabar bahwa seluruh keluarga sehat-sehat menjadi pengobat rasa penasaran dan cemas di hati.
Hampir keseluruhan pulau Nias lumpuh total, tak terhitung jumlah korban jiwa dan kerugian materi lenyap bersama gempa dahsyat berkekuatan 8,7 SR itu. Bau busuk menyengat dari mayat yang masih belum dievakuasi tersebar dimana-mana. Banyak orang terluka yang dan kehilangan anggota keluarga tersayang yang menimbulkan luka batin hingga mengakibatkan banyaknya orang yang mengalami gangguan jiwa karena tidak mampu menerima kenyataan.
Banyak orang menaruh simpati dan menyalurkan bantuan baik atas nama pribadi maupun organisasi skala nasional dan internasional. Namun banyak juga yang mengambil kesempatan dibalik gempa ini dengan memperkaya diri sendiri mengatasnamakan para korban gempa. Menciduk keuntungan di atas penderitaan orang. Tak terhitung banyaknya orang yang masuk penjara akibat penyalahgunaan bantuan ini, bahkan tokoh agamapun banyak yang silau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan sampai lupa bahwa mereka adalah saluran berkat.
Sebagian orang menganggap bahwa gempa ini merupakan bencana terdahsyat di Pulau Nias dan ada pula yang menganggap bahwa bencana ini membawa nikmat. Masing-masing orang memberikan pendapat yang berbeda atas dampak gempa ini. Memang tak bisa dipungkiri bahwa dengan adanya bencana ini, pulau Nias yang dulunya terisolir dan hampir tidak tersentuh pembangunan akhirnya mendapat perhatian berbagai kalangan dan memicu perkembangan yang luar biasa yang mungkin tidak dapat dirasakan oleh masyarakat Nias 10 tahun ke depan bila gempa tidak terjadi, sekalipun banyak nyawa dan materi dikorbankan untuk menggapai pembangunan tersebut. Inikah arti dari Sengsara Membawa Nikmat?
Namun gempa yang terjadi 8 tahun yang lalu tidaklah seberapa dibandingkan dengan dampak yang terjadi dalam kehidupan sosial ekonomi dan budaya termasuk lingkungan masyarakat Nias pasca gempa tersebut. Inilah hempasan tsunami kedua yang lebih dahsyat yang melanda masyarakat Nias yang merupakan wujud dari ramalan bahwa bahwa akan ada tsunami kedua yang lebih dahsyat pasca bencana yakni tsunami di bidang sosial ekonomi, yang membawa dampak lebih parah dari bencana sungguhan itu sendiri.
Apa yang terjadi saat ini di Nias merupakan bagian dari tsunami kedua tersebut. berikut beberapa kutipan dan hasil pengamatan penulis yang menjadi serpihan tsunami kedua yang lebih dahsyat tersebut.
Tsunami sosial ekonomi:
A.Bantuan yang melimpah
Banyaknya LSM baik nasional maupun internasional yang membawa bantuan berlimpah, menawarkan gaji yang tinggi, memberlakukan hukum ekonomi tentang supply dan demand dimana penawaran bantuan dan gaji yang berlebihan membuat para korban gempa dan pekerja di NGO dimanjakan dan terbuai dengan pemenuhan kebutuhan mereka.
B.Sewa rumah dan harga tanah yang tinggi
Kehadiran LSM internasional di Nias yang menyewa rumah/ tanah penduduk untuk kebutuhan kantor dan gudang dengan harga yang fantastis (naik ribuan kali lipat, sebelum gempa harga sewa rumah dalam kisaran Rp. 7.500.000-20.000.000/tahun, menjadi Rp. 50-150 juta pertahun) telah membawa dampak tingginya nilai sewa rumah dan harga jual tanah di Pulau Nias saat ini.
C.Hilangnya nilai kegotong-royongan dalam masyarakat akibat orientasi uang
“Cash (money) for work” yang menjadi program yang sangat populer yang digunakan oleh mayoritas LSM baik nasional maupun internasional dalam memobilisasi massa untuk bekerja sama, bahkan dalam bermusyawarah dan sosialisasi untuk kebutuhan masyarakat itu sendiripun mereka diberikan bayaran. Sehingga sudah jarang dan bahkan hampir tidak bisa ditemukan masyarakat yang merelakan waktunya untuk bergotong-royong mengerjakan sesuatu, biasanya mereka terlebih dahulu bertanya "So gajima ua ba ma lo'o?" (adakah gaji yang akan kami terima?)
D.Meningkatnya kriminalitas
Tidak dapat dipungkiri bahwa kebiasaan menikmati penghasilan yang tinggi dengan beban pekerjaan yang sedikit dari tempat kerja sebelumnya di LSM asing/ lokal membuahkan kemalasan bagi orang-orang yang tidak memiliki skill. Mereka ogah kembali ke pekerjaan sebelumnya yakni pekerjaan sektor non-formal yang hanya menawarkan gaji kecil yang sangat jauh dari penghasilan sebelumnya namun dengan beban pekerjaan yang lebih berat. Akhrnya banyak yang mengambil jalan pintas dengan merampok dan tak jarang disertai dengan pembunuhan. Hingga kini tercatat ada lebih dari 27 pembunuhan yang sebagian besar dilatar belakangi oleh perampokan terjadi di Nias dalam medio 2011-2012 seperti tertulis di SINI.
Tsunami di bidang Budaya dan Lingkungan