32 negara kini telah terpangkas dengan menyisakan setengahnya; 16 negara yang berhak melanjutkan ke fase selanjutnya. Timnas negara yang tak lolos 16 besar harus berbesar hati untuk memupus mimpi menjadi kampiun penerima tropi. Usaha mereka telah terhentikan pada fase grup; mereka tidak lolos penyisihan grup. Dalam satu grup terdiri 4 timnas negara; mereka harus bermain dalam tiga kali pertandingan. Menang tiga kali berarti secara otomatis mereka lolos ke 16 besar. Dua kali menang dan sekali kalah masih punya kesempatan besar untuk lolos. Dan jika sekali menang, satu kali seri, dan satu kali kalah berat ataupun bisa dipastikan tidak lolos. Dan jika tidak sekalipun menang dari tiga pertandingan di grup maka buang jauh-jauh impian.
Bentuk bola yang bulat memberikan falsafah bahwa permainan ini mempunyai segala kemungkinan. Kemungkinan untuk timnas-timnas underdog yang tidak diperhitungkan untuk menang. Asalkan strategi yang mumpuni dan kekompakan permainan dijalankan. Begitu juga dengan timnas-timnas yang digadang-gadang unggulan bisa saja terjatuh dan tergelincir dalam kekalahan jika antara pemain tidak satu padu.
Memasuki perenambelas besar beberapa timnas unggulan akhirnya harus puas hanya menjadi peserta Piala Dunia, tanpa harapan untuk melangkah ke fase selanjutnya. Spanyol, Italia, dan Inggris adalah timnas-timnas yang sempat diunggulkan akhirnya kandas di grup. Keunggulan mereka didasarkan pada banyaknya pemain kaliber besar dan mahal di Liga Sepakbola Dunia. Sebut saja di timnas Spanyol ada Sergio Ramos, Iker Cassilas, Alonso, Iniesta, Pique, David Silva, Torres, Diego Costa, dll. Di Timnas Italia terdapat Marchisio, Cassano, Balotelli, Buffon, Pirlo, Chielini, dll. Timnas Inggris diperkuat oleh Rooney, Gerrard, Joe Hart, Sterling, Welbeck, dll. Bagi pecinta bola nama-nama mereka sungguh sangat agung dan mumpuni dalam permainan kulit bundar ini. Namun mereka harus tuntas dikualifikasi grup. Mereka harus pulang lebih awal sementara 16 negara masih memperebutkan gelar juara, atau setidaknya mereka masih mempunyai peluang untuk juara dan simpati warga-pendukungnya. Sementara mereka yang harus pulang terlebih dahulu mereka harus bersiap-siap menerima caci-maki warga-pendukungnya yang tidak percaya dengan permainan mereka yang sangat memalukan. Meskipun mereka telah bermain secara optimal-maksimal. Sepakbola merupakan salah satu sarana untuk mengangkat harkat-martabat suatu bangsa, demikian para warga dan pendukungnya. Sepakbola memang bukan permainan olahraga biasa. Sepakbola laiknya agama dengan penganut yang begitu militan dan fanatik. Tentu masih ingat dengan bintang Argentina. Di kota Napoli terdapat patung dan (kalau tak salah) juga gereja yang diperuntukkan untuk Diego Maradona. Maradona laiknya santo bagi masyarakat Napoli. Begitu juga Iker Cassilas, dirinya punya kesempatan dijadikan Santo (orang suci) sepakbola bagi warga Madrid/Spanyol. Itulah sepakbola. Sepakbola menjadi satu-satunya olahraga yang paling disukai di muka bumi ini.
Kekalahan Spanyol, Italia, dan Inggris adalah sebuah ironi dalam dunia sepakbola, meskipun itu wajar dan bukan hanya negara-negara itu yang pernah mengalaminya. Namun jika menilik pada fakta banyak orang tidak akan mempercayainya, meskipun sekali lagi, bahwa bola itu bulat; punya segala kemungkinan.
Spanyol merupakan mantan juara Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Beberapa waktu kemudian Spanyol juga ditahbiskan sebagai Pemenang Liga Eropa, ditambah lagi Liga sepakbola terbaik saat ini dipegang oleh Spanyol. Bukankah sesuatu yang konyol jika dikaitkan dengan hasil permainan mereka di Piala Dunia 2014 ini? Dengan sekian penghargaan dan dipenuhi pemain-pemain bintang Spanyol terlempar dari grup awal. Tiga kali tanding hanya sekali merasakan kemenangan ketika menghadapi Australia. Itupun ketika kedua timnas tersebut hanya memenuhi jadwal; menang dan kalah kedua timnas itu tetap saja harus segera mengemas barang-barang. Pulang.
Terlebih pada pertandingan pertama melawan Belanda, Spanyol dipermalukan dengan 5-1 oleh Belanda. Satu gol Spanyol didapatkan oleh Alonso dari titik dua belas pas akibat diving Diego Costa. Andai Diego Costa tidak bermain curang dengan menjatuhkan diri, yang seolah-olah dijegal oleh pemain Belanda, mungkin saja Spanyol skornya tetap kosong. Terlebih lagi ketika posisi Spanyol telah kemasukan beberapa gol Iker Cassilas membuat blunder dengan tidak segera menendang bolanya, malah memain-mainkan bola (menggiring) yang akhirnya terlepas dan dapat direbut oleh Robben. Akibatnya Belanda mendapatkan tambahan gol! Spanyol kian terpuruk sebagaimana Iker yang merangkak-rangkak mengejar bola akibat blundernya. Saat itu terlihat muka Iker yang sangat memilukan: kosong, penyesalan, dan ketidakpercayaan.
Kekalahan dalam sebuah pertandingan merupakan hal biasa. Namun Spanyol yang mantan juara kalah dari Belanda dengan jarak 5-1 adalah sesuatu banget. Sangat mencengangkan. Spanyol gitu lohhh.
Nasib Italia lebih dramatik. Tadi malam (24/6) merupakan pertandingan terakhir Italia di kancah Piala Dunia 2014 ini. Italia menghadapi Uruguay yang mempunyai poin yang sama, 4. Kedua timnas tersebut masih punya harapan untuk menemani Kostarika untuk melaju di perenam belas besar. Dan kedua timnas tersebut juga punya peluang untuk terjungkal. Italia hanya membutuhkan hasil permainan seri, karena menang selisih gol dibanding Uruguay. Sedang Uruguay harus memenangkan pertandingan. Dan hasil akhir dari pertandingan yang penuh trik dan intrik ini Suarez, Cavani, dkk berhak melanjutkan perjuangan ke fase selanjutnya setelah Diego Godin pada menit 81 menyundulkan bola ke gawang Buffon.
Suasana kembali menjadi riuh, terutama pada tribun pendukung Uruguay. 81 termasuk menit-menit akhir yang menegangkan. Italia yang bermain dengan 10 pemain mulai gencar melakukan penyerangan, pasca kebobolan. Dan akan menjadi hasil yang dramatik jika sebelum peluit panjang itu ditiup wasit Italia dapat memasukan serangannya ke gawang Uruguay. Namun hal dramatik itu tidak terjadi, walaupun serangan-serangan Italia menjadi berlipat ganda. Sebelumnya Italia lebih banyak menggunakan metode pertahanan yang sangat kuat. Beberapa kali para seniman bola Uruguay mencoba memasuki area gawang dengan serangan yang bertubi-tubi kandas dihadang ketangguhan para “prajurit Romawi” mempertahankan bentengnya. Mereka cukup hasil imbang.
Inggris. Timnas ini tidak terlalu diunggulkan, meskipun punya banyak pemain-pemain bintang. Inggris tetap menjadi ironi. Inggris merupakan negara awal yang memperkenalkan sepakbola modern. Kultur sepakbola telah dikenal jauh sebelum negara-negara Amerika Latin dan Tengah serta Afrika mengenalnya. Adalah orang-orang Inggris atau orang-orang yang pernah tinggal (untuk bekerja dan belajar) di Inggrislah yang menyebarkannya. Mereka laiknya missionaris pada negeri-negeri yang masih mengenal perbudakan secara vulgar. Namun sejarah besar sepakbola yang dimiliki Inggris tidak mampu mengantarkannya lolos ke perenambelas besar. Dan masyarakat Inggris pun menangis-tangis.
Selain faktor historis negeri yang dipimpin oleh Ratu Elizabeth ini juga mempunyai catatan, Premier League yang diselenggarakan negara tersebut termasuk liga terbaik di muka bumi ini, saat ini. Banyak pemain bintang lahir dan merumput di liga tersebut. Secara kasarnya para pemain-pemain di Piala Dunia ini sebagiannya sedang dan pernah merasakan rumput di Britania Raya. Premier League adalah impian dari para pemain sepakbola profesional; gaji yang besar, status sosial, dll berada di liga ini.
Ketika mereka berkemas pulang, banyak timnas lain yang tidak diunggulkan masih mempunyai harapan. Kalaupun nantinya mereka kalah tidak akan memalukan seperti tiga timnas yang mempunyai liga sepakbola terbaik dunia tersebut. Jerman dan Perancis juga mempunyai liga sepakbola dengan kultur yang baik dan bereputasi. Apakah kedua negara tersebut dapat berbicara banyak di Piala Dunia 2014 ini? Kita tunggu saja.
Itulah ironi sepakbola.
Bola itu bulat.