Setelah gagalnya pemberontakan Madiun yang dimotori oleh Musso dan Amir Syarifuddin, kekuatan partai komunis dihancurkan oleh militer yang berpihak pada Republik Indonesia. Musso dicurigai ingin membuat negara Komunis yang berkiblat pada Uni Soviet, bung Karno lewat siaran radio mengultimatum "pilih Soekarno-Hatta atau PKI-Musso!" Musso lalu menimpali pesan dari Soekarno "pilih Musso!". Sudah barang tentu rakyat dan militer berpihak pada dwitunggal karena Soekarno-Hatta lebih dikenal oleh rakyat ketimbang sosok asing Musso yang banyak menghabiskan waktunya di negeri komunis Uni Soviet. Meskipun dihancurkan, belum ada pelarangan secara resmi mengenai ideologi komunisme, alih-alih PKI akan mengalami kebangkitan di bawah pimpinan D.N Aidit yang saat pemberontakan terjadi berhasil melarikan diri ke China dan kembali ke Indonesia di pertengahan tahun 1950. Yang menjadi fokus utama dari tulisan ini adalah bagaimana PKI bisa kembali memasuki panggung politik bahkan dapat berkembang secara pesat setelah melakukan pemberontakan Madiun yang disebut sebagai "tikaman dari belakang kaum komunis kepada Republik dikala negara sedang gencar menghadapi agresi militer Belanda". Untuk menjawab masalah tersebut, selain karena tidak adanya pelarangan terkait paham komunis ini, saya berasumsi setidaknya ada beberapa alasan mengapa komunis dapat kembali berkembang di Indonesia .
KEMBALI KE ARTIKEL