Sejak kecil, Bisma sudah menjadi anak yang dibesarkan tanpa kehadiran seorang ibu, yaitu Dewi Gangga yang ketika kelahirannya langsung kembali ke Kahyangan . Ketika itu sang Prabu melanggar sumpah untuk tidak menanyakan apa yang selalu diperbuatnya ketika selama tujuh kali sudah membuang bayi yang dilahirkannya ke Sungai Gangga. Tindakan Prabu Santanu inilah yang menyelamatkan putra kedelapan dengan resiko harus mengasuh seorang diri karena sudah waktunya sang Dewi Gangga ini kembali ke Kahyangan, tempat asal mulanya. Putra kedelapan inilah yang kemudian diberi nama Ganggadata.
Seiring berjalannya waktu, Prabu Santanu ini akhirnya jatuh cinta kembali dengan seorang perempuan yang dilihatnya sewaktu bersantai di tepi sungai Yamuna. Seorang perempuan yang cantiknya luar biasa yang bernama Dewi Durgandini alias Dewi Setyawati (Lara Amis), mantan isteri Begawan Palasara, yang sebenarnya telah mempunyai putra bernama Abiyasa. Hanya sayang ketika mengajukan keinginannya untuk meminang Sang Dewi ini, ada syarat yang berat yang harus dipenuhinya, yaitu kelak keturunan dari perkawinan mereka berdua harus menjadi raja di Hastinapura. Padahal sang Prabu Santanu sudah menobatkan Ganggadata sebagai putra mahkota yang kelak akan menggantikannya.
Dengan hati memendam cinta, akhirnya Prabu Santanu tidak melanjutkan niatnya mempersunting Dewi Setyawati. Apa mau dikata, cinta yang telah merasuk sedemikian dalamnya itu membuatnya jatuh sakit, yang membuat Ganggadata jadi ikut bersedih dan prihatin melihatnya. Dengan perlahan, kemudian ditanyakanlah apa yang membuat sang ayahandanya menjadi sedemikian menderita sehingga jatuh sakit.
Akhirnya Prabu Santanu bersedia juga menceritakan apa yang sedang dirasakannya, pertentangan batin antara keinginannya mempersuntung Dewi Setyawati yang mempunyai syarat yang berat dengan apa yang telah diputuskannya untuk mengangkat Ganggadata sebagai penerus kelangsungan Dinasti Kuru di Hastinapura. Mendengar apa yang disampaikan ayahandanya, Ganggadata merasa sangat terpukul hatinya. Rasa kasih sayang dan baktinya terhadap satu-satunya orang tuanya yang telah mengasuhnya seorang diri semenjak masih bayi hingga menjadi dewasa telah membawanya kepada sebuah keputusan bahwa demi kebahagiaan ayahandanya, dirinya bersedia merelakan tahta kerajaan. Namun bukan itu saja, yang lebih mengejutkan adalah sumpahnya untuk hidup sebagai manusia wadat (brahmacarya) yang tidak akan menikah dan mempunyai keturunan selama hidupnya, agar kelak tidak terjadi perebutan kekuasaan di Hastinapura.
Dengan dasar kesediaan dan kerelaannya untuk menyerahkan tahta kerajaan kelak bagi putra ayahandanya dan ibu tirinya, Ganggadata akhirnya berangkat melamar Dewi Setyawati untuk ayahnya. Selanjutnya Sang Dewi diboyong ke Hastinapura dan menikah dengan Prabu Santanu, yang telah sembuh dari penderitaan sakitnya. Semenjak inilah Ganggadata mendapat anugerah gelar dari Dewata sebagai Bhisma Dewabarata, yang artinya keturunan Bharata yang agung yang sumpahnya menggemparkan dan mendapat kesaktian untuk menentukan sendiri kapan saat kematian menjemputnya.
sumber gambar: sumber:http://tembi.net/ensiklopedi-figur-wayang/bisma-3-menjadi-putra-mahkota