Saya heran mengapa sosok Tan Malaka menjadi satu-satunya pahlawan nasional yang namanya kurang familiar di ingatan saya. Belakangan saya baru tahu bagaimana kurang lebih selama 30 tahun orde baru mencoba menghapus jejaknya. Sejujurnya saya kurang suka dengan kedekatanya dengan pihak kiri, namun sang fajar merah ini terlihat berbeda. Hal ini dikarenakan, dalam buku 'Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia' Karya Harry A Poeze dituliskan, walaupun ia dekat dengan Moscow bukan berarti ia tak mengenal agama seperti paham komunis. Dibesarkan dilingkungan keluarga yang kental dengan agama Islam, membuat Tan Malaka begitu menjunjung agamanya sekalipun dia agen Komintern wakil Asia Tenggara.
KEMBALI KE ARTIKEL