Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary

Melihat Suasana Pedesaan

8 September 2021   04:40 Diperbarui: 8 September 2021   04:57 1163 3
Mentari di ufuk timur mulai menampakkan sinarnya, kulihat dari jendela kamar, gelap malam berangsur hilang berganti terang.

Ku beranjak menuju halaman untuk menghirup udara segar.
"Alhamdulillah, ku masih bisa melihat cakrawala di pagi hari yang cerah ini," ucapku dalam hati.

Sepoi angin yang mengguncang daun pohon kelapa di area persawahan dekatku berada, terasa dingin menusuk tulang.

Sehingga tidak lama aku kembali ke posko dan bersiap untuk menjalani rutinitasku.

Selesai sarapan pagi bersama kawan-kawan seperjuangan, aku bergegas menuju suatu kampung menyusuri jalanan aspal.

Sejauh mata memandang, jalanan itu dikelilingi pohon bambu yang menyejukkan pengguna jalan, berkelok dan melewati area persawahan.

Sampai akhirnya aku dan kawan-kawanku tiba di tempat tujuan.

Ku melihat sebuah pemandangan yang khas pedesaan ketika menelusuri jalan di sana.

Pandanganku tertuju pada jalan cukup lebar dan panjang yang belum tersentuh aspal alias masih berbentuk tanah.

Di pinggirnya terdapat area persawahan yang membentang hijau dan diapit sungai.

Lalu-lalang warga membawa alat-alat pertanian menuju sawah melewati jalan itu tampak ramah, ketika aku mencoba menyapa.

Suara gelontor air pancuran, burung-burung berkicau, kembala domba di tengah jalan, dan angin yang berhembus melalui pepohonan di sana.

Seakan bernyanyi menyambut kedatanganku dan kawan-kawan seperjuangan mahasiswa KKN UNIGA 2021 yang sedang mengabdi di desa tersebut.










KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun