Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

[ Resensi Novel ] AIsyah Di Gurun Mesir

23 Januari 2015   01:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:34 240 0
<!--[if gte mso 9]><xml> Normal0falsefalsefalseEN-USX-NONEX-NONEMicrosoftInternetExplorer4 </xml><![endif]-->

Judul novel              : Aisyah Di gurun Mesir

Penulis                      : Firdausi Nuzula

Penerbit                    : Kompes Gramdia

Tahun Terbit           : 2014

Tebal                         : 381 Halaman

 

Oleh : Jankar Abidin

Sinopsis

Novel Aisyah di Gurun Mesir menceritakan sebuah kehidupan seorang Pemuda yang terus merasa kesepian dalam hidupnya, seseorang yang punya target dalam hidupnya dan berusaha keras untuk di capai. diceritakan Tokoh utama dalam novel ini adalah Firdausi Nuzula kebetulan sama dengan nama Penulisnya, tetapi belum tentu novel ini diangkat dari kisah hidup Penulis. Firdausi Nuzula Pemuda hitam manis memiliki senyuman yang membuat wanita tersipu-tersipu ketika melihatnya dan terkenal alim serta pribadi yang sangat menyejukkan hal ini tergambarkan ketika dia Sekolah di Pesantren Al-Ghuraba. Pulau Sapeken yang terletak di ujung timur Pulau Madura tempat Firdausi Nuzula menghabiskan masa kecilnya dengan penuh keriangan dan kesederhanaan.

 

Singkat cerita Firdausi Nuzula dengan semangat dan kerja keras serta target hidupnya menggebu, berangkat melanjutkan  kuliah ke Jakarta. Firdausi Nuzula tinggal disebuah Masjid sebagai ta'mir disinilah romantika hubungannya dengan seorang Cewek bernama hidayah dia harus membagi waktu untuk Pacaran dan harus Muadzin Sholat 5 Waktu di Masjid tersebut. Ketika Pacaran dengan Hidayah juga diceritakan bagaimana Firdausi Nuzula membelikan obat maag (Promaag) dan segelas air mineral kemasan ketika Hidayah Minta dibelikan Makanan.   Banyak hal yang mengharu biru dalam perjalanan cinta Firdausi Nuzula dengan Hidayah cewek yang bermata lembut ini, Tetapi Hidayah akhirnya memilih dan menikah dengan laki-laki lain. Begitu terpukulnya Firdausi Nuzula dan susah move on  hanya Kekuatan imanlah yang membuat Firdausi Nuzula sadar kembali dan berusaha untuk move on dan bertekad menggapai cita-citanya kembali sampai perkenalan dengan Luthfiah perempuan manis berkacamata, meskipun Firdausi Nuzula seringkali mengirimkan buah tangan seperti Ikan Asin (Kalotok Toho) tetapi akhirnya Luthfiah pun harus menikah dengan laki-laki lain.

Benturan cinta yang terlalu keras dengan dua kisah yang mengharukan Firdasui Nuzula tumbuh sebagai pribadi yang kuat menahan cobaan apapun dalam hidupnya. Jadilah beliau petualang cinta. Di Media Sosial seperti facebook dan twitter melancarkan aksinya. Berapa banyak wanita harus bertekuk lutut dengan rayuan yang cukup tradisional dan klise, yang kalau dipikir dialam bawah sadar kita cewek modern seperti Nabilah JKT48 misalnya  atau cewek manapun tidak akan terpengaruh dengan rayuan yang klise dan fatamorgana ini. Salah satu rayuan mautnya adalah “ Kamu seperti Aisyah di Gurun Mesir” dan pada kesempatan lain dia merayu seperti ini  “Aku seperti Ali bin abi Thalib”. Bukan hanya klisah percintaan tetapi dalam Novel ini Firdausi Nuzula terkenal pekerja keras dan ambisnya ingin menjadi Pengusaha yang sukses, serta target hidupnya akan menikah akhir 2015.

 

Dialektika Aisyah di Gurun Mesir

Dalam teori Kebijakan Publik (Hogwood and Gunn 1984) disebutkan bahwa dalam menilah implementasi kebijakan publik faktor komunikasi sangat penting meskipun kontennya sangat sederhana. Senada dengan itu Firdausi Nuzula memainkan Komunikasi yang sangat maju, bahkan melebihi zamannya, meskipun konten yang dibawakan absurd. Novel Asiyah Di Gurun Mesir tidak Pernah menceritakan kejadian-kejadian atau peristiwa-persitiwa cerita yang terjadi Negara Mesir seperti dua Maha Karya Habiburrahman El-Shirazy, Firdausi Nuzula berani mengangkat judul novel ini Aisyah di Gurun  Mesir karena hanya sebatas kata-kata indah yang sering dimainkan tokoh utama di Twitter ketika merayu perempuan-perempuan. Tetapi pola komunikasi dan pesan yang disampaikan begitu indah dan menghibur, meskipun Pembaca akan tertipu dengan judulnya dan mencari-cari dimana cerita di Mesirnya dan menurut saya, inilah ruh dan jiwa dari Novel karya Firdausi Nuzula ini.

Penutup

Novel ini sangat cocok dibaca bagi siapapun yang ingin mengerti pola komunikasi dengan kontennya yang sederhana dan bicara sebuah kebangkitan dan harapan serta cita-cita. Novel ini ceritanya beda penuh drama dan intrik sehingga Pembaca akan meluapkan emosi dengan terharu dan berderai air mata. Selamat membaca

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun