Apa yang kita baca tersebut hanya yang tampak di permukaan saja, dan kebetulan terekspos oleh media. Mungkin masih banyak persoalan lain, mulai dari keluhan orang tua karena harus menjadi guru dadakan. Harus menyiapkan dana tambahan untuk membeli kuota internet dan itu saya yakin tak akan cukup dengan anggaran Rp 50 ribu sebulan. Apalagi kalau anaknya sampai 3 orang sekolah semua.
Berbagaimacam persoalan mulai muncul akibat belum ada solusi konkret dari Kemdikbud. Sehingga, pihak sekolah dan guru sering kali menjadi sasaran kemarahan orang tua/wali murid. Baik itu datang secara langsung atau pun dengan kata-kata sindiran sampai dengan makian di salah satu media sosial. Jelas saja, kemarahan wali murid tersebut salah sasaran, karena belajar daring bukan kehendak guru. Mereka hanya menjalankan instruksi pusat, sebab kondisi lingkungan kita sedang tidak baik-baik saja.
Sebenarnya guru tidak menginginkan proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), lebih repot. Sampai-sampai waktu tidurpun jadi berkurang. Bayangkan, istri saya yang seorang guru sekolah dasar swasta, sekarang tidurnya selalu di atas jam 12 malam, terkadang sampai pukul 03.00 WIB dini hari. Bagaimana tidak, setiap hari dia harus menyiapkan materi pembelajaran, mulai dari power point, video pembelajaran, dan lainnya. Setiap hari juga harus memeriksa tugas yang telah dikerjakan oleh siswanya.