Pagi itu, kelas doktoral kami berubah menjadi arena perdebatan yang mengguncang. Di meja tengah, Herlina dan Rohama saling berhadapan seperti dua arus sungai yang sama derasnya, namun mengalir ke arah berbeda. Aku bisa merasakan ketegangan yang menggantung di udara, begitu tebal dan nyaris tak bisa dipecahkan oleh suara-suara ringan dari kelas lain.
KEMBALI KE ARTIKEL