Mohon tunggu...
KOMENTAR
Drama

Teater Wae, 12 Mahasiswa, 1 Dosen

29 Desember 2013   16:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:22 133 0

Albertus Prasojo selaku pengampu mata kuliah penyutradaraan ini, mengajak keduabelas mahasisiwanya untuk keluar dari garis aman. “Sebuah teori tak akan menjadi apa, tanpa sebuah praktek, naskah drama hanya akan menjadi wacana saja bila tak dipentaskan”, ucap lelaki paruh baya tersebut.

kata kata etrsebut ternyata diamini oleh keduabelas anak didiknya yang memprogramkan mata kuliah tersebut, Jalu, Idham, Febri, Yogi, Vester, Facundo, Reog, Indah, Maryana, Yasmine, Zaki, Bintang telah sepakat untuk memilih sebuah naskah karya Anton Chekov yang telah disadur yang berjudul WEK-WEK untuk dipentaskan.

Teater Wae telah disepakati menjadi sebuah nama untuk kemunculan komunitas baru ini. Awal mulanya nama menjadi begitu sulit untuk diputuskan, namun kata wae yang pertama kali dilontarkan oleh Pak Pras manjadi akhir perundingan tentang nama. Wae yang diambil dari bahasa Jawa yang berarti “saja” diartikan sebagai opsi terakhir. Teater Wae, diartikan sebagai pilihan akhir atas segala pilihan nama (teater saja, jangan yang lain). “Teater Wae, dari pada pusing, maknanya simpel”, ungkap lelaki yang sering dipanggil Pras ini.

Pemilihan naskah yang berjenis komedi ini diasumsikan agar peminat drama dalam jurusan Sastra Indonesia semakin besar, sehingga tahun depan pementasan seperti ini mampu terlaksana. Komedi dipilih agar menarik mahasisiwa jurusan sastra Indonesia untuk memprogramkan mata kuliah pilihan bebas ini.

Puncaknya harapan dari ketigabelas orang ini terwujud. Apresiasi dari penonton begitu luar biasa, bangku penonton terisi penuh, twa membeluncah di hampir seluruh adegan, sorak sorai begitu riuh tatkala pementasan yang berdurasi kurang lebih 40 menit ini selesai.

Tau-tau kok selesai, cepet banget gag kerasa kurang lama”, ungkap Lilis salah seorang penonton yang tak rela pementasan ini cepat usai.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun