27 Juni 2014 23:22Diperbarui: 18 Juni 2015 08:33252
Tuhan adalah hidup, Ia juga adalah biji dari segala keberadaan dan segala bentuk yang ada adalah Cabang dari pohon eksistensi Tuhan itu sendiri. Sedang manusia adalah Tuhan dalam perwujudan, esensi dari manusia adalah Ruh yang ditiupkan dari diri Tuhan, sementara tidak ada dualisme bagi keberadaan Tuhan, maka tak dapat disangkal bahwa Ruh yang ditiupkan adalah Tuhan itu sendiri, manusia dan segala aspek materi dan imateri yang membuatnya menjadi ada dan disadari dalam keberadaan adalah alat bagi sesuatu dalam dirinya-sesuatu yang lebih agung dari wujud manusia yang terbatas-, alat untuk menyadari dan memahami detail dari keberadaan Agung Tuhan. Diri manusia yang sejati adalah Tuhan, dan manusia adalah Tuhan dalam perwujudan. Melalui alat-alat hidup dalam diri manusia, Tuhan menyadari diriNya. Ia menempatkan diriNya sendiri pada situasi kealpaan akan kesejatian-Nya dan kealpaan tersebut adalah pengalaman yang disadari olehNya, bukan oleh sisi manusianya. Ia adalah kejap-kejap yang tidak bisa dipahami secara parsial, memahami Tuhan haruslah melalui Mata Nya sendiri, Ia tidak dapat didengar melalui kedua telinga lahir, tetapi harus melalui bisikanNya sendiri yang tanpa kata dan mendengar bisikan tersebut melalui pendengaranNya sendiri yang tanpa wujud, memahami Tuhan harus melihat dan mendengar keseluruhan dari perwujudan, Ia sepenuhy tak dapat digambarkan melalui kiasan. Ia adalah keAgungan yang menyembunyikan diri dari diriNya sendiri.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.