Beberapa hari yang lalutelah anda jumpai beratus-ratus bahkan beribu-ribu orang memadati lapangan atau alun-alun, berkumpul menghadiri hajatan tahun baru, meskipun tahun yang kemarin pun tidak lantas bisa kita sebut tahun lalu. Ini hanya masalah waktu. Entah atas dasar apa mereka dan bisa saja kita rela berduyun-duyun dan berdesak-desakkan di tengah waktu yang biasa kita mengisinya dengan ngaji madin atau setidak-tidaknya untuk istirahat atau tidur. Kita dan khususnya saya terlalu bodoh untuk memahami makna di balik semua itu. Kog mau-maunya kita ikut-ikutan datang ke alun-alun, misalnya. Meskipun tidak ada undangan, bahkan formal sekalipun dari pihak penyelenggara si empunya hajat. Atau diam-diam dalam hati kita mengganggap perayaan tahun baru itu adat yang kita anggap suatu kewajiban (al-adat muhakkamah). Okelah kita anggap seolah-olah kita menghadiri acara silaturahmi atau syukuran tahunan. Lantas pekewuh kalau tidak ikut serta.