Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Tontonan yang Bukan Tuntunan

30 Juli 2014   18:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:50 227 0
Niat nonton berita terkini Tanah Air di stasiun berita Indonesia, eh, malah nyangkut di sebuah stasiun televisi swasta lainnya. Nggak sengaja, karena curiosity, akhirnya saya nonton acara tersebut dulu beberap menit. Hasilnya; tontonan yang berpotensi menjadi tuntunan masyarakat Indonesia seperti inilah yang mengantarkan negeri Nusantara selalu dirundung musibah dan bencana.

Awal kali tayangan yang muncul di layar dan terekam mata saat menontonnya; beberapa iklan minuman mineral, energi, dan obat sirup. Saya amati, tidak sengaja tetapi terpikirkan, ternyata dari ketiga iklan tersebut menampilkan bentuk tontonan sampah yang layak digugat. Bukan untuk menggugat ke KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) atau lembaga institusional negara lainnya, tetapi saya ingin “menggugat” awareness orang tua dan pihak-pihak pendidik muslim.

Anda tahu? Bahwa yang saya tonton dari iklan selintas tersebut membuat saya geram sekaligus sedih. Geram, karena begitu meluasnya tontonan yang semestinya tidak tersebar begitu mudahnya sehingga berpotensi menjadi tuntunan bagi masyarakat yang awam agamanya. Sedih, karena alternatif tontonan yang patut jadi tuntunan masih minim lagi kurang diketahui luas oleh masyarakat umum.(1)

Mengapa terkumpul dua sikap hati di atas pada diri saya di atas? Karena, ketiga tayangan iklan dari minuman hingga obat sirup tersebut, yang saya tonton saat itu, sadar atau tidak sadar turut berperan menggiring masyarakat agar meniru perbuatan yang menyelisihi sunnah dalam agama Islam.(2) Kok bisa?

Ya, di antaranya praktek bintang iklan yang menenggak minuman atau obat sirup dengan menggunakan tangan kiri. Padahal, bagi seorang muslim yang aware dengan sunnah-nya, dipastikan tidak akan mempratekkan makan dan minum dengan tangan kiri.(3)

Barangkali, ada yang menyanggah, bahwa itu sekedar tontonan iklan, sehingga tidak perlu berlebihan meresponnya, apalagi kekuatiran imitasi atas perbuatan sang bintang iklan. Lagi pula, yang ingin dijual adalah produk yang diiklan-kan, bukan gaya mengkonsumsinya. Sesederhana ini kah?

Awal bulan Juni depan, ada suatu konser musik penyanyi wanita yang sudah dinyatakan tidak akan diizinkan oleh pihak berwenang di Jakarta. Suara pro-kontra bermunculan. Bagi seorang liberalis atau masyarakat yang beragama sebatas kulitnya saja, menganggap pelarangan tersebut mengada-ada bahkan ada sindiran kepada pihak-pihak yang tidak setuju dengan konser tersebut dijuluki sebagai ‘sok moralis.’ Mereka juga menganggap bahwa semestinya yang dilihat adalah sisi kreativitas sang penyanyi, kerja kerasnya, dan seterusnya.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun